Rabu, 01 April 2015

The Second Love

Cinta : tak kenal waktu, tak kenal tempat, tak kenal siapa-siapa, bisa menyerang siapa saja dengan cara yang tak terduga.

Cinta .... hm ... sudah terlalu lama semenjak cinta pertamaku dulu yang terpaksa kulupakan sebelum sempat diketahui pemiliknya. Aku hampir lupa bagaimana rasanya saat jatuh cinta, bahkan aku hampir saja lupa apa aku pernah mengalaminya akan tidak.

" Febby...... " teriak seseorang yang sepertinya aku kenal suaranya. Aku menengok ke arah suara.
" Hei.. rupanya kamu, Tha. Ada apa?" tanyaku pada Ditha, sahabat karibku.
"Jadikan malam nanti kita ke ultahnya Ghina?" tanya Ditha, hampir saja aku lupa.
"Ya jadilah, jemput gue yah nanti," ujarku mengiyakan.
"Ok. Gue masuk kelas dulu ya, jam pelajarannya ibu Henni nih, takut dihukum lagi gue Hehe," Ujarnya sambil berjalan ke kelasnya.
"Dasar si Ditha, main kabur aja. Hadehh..." ujarku.

Febby Restya Elghia Putri, ya itulah namaku. Agak terlalu panjang dan gak jelas apa artinya. Orang yang humoris tapi kadang bisa jadi orang yang paling pendiam sedunia. Orang yang pertama kali ketemu sama gue pasti bakal nganggep gue kalem, tapi kalian harus tau mungkin cuma Ditha dan Tuhan yang tau gimana gilanya gue.

Trauma, mungkin tepat untuk menggambarkan perasaan gue tentang cinta. Hmm.... dua tahun berkhayal dalam harapan mendapatkan cinta seorang cowok yang notabennya adalah sahabat gue sendiri emang gak mudah, ditambah dengan ketidakmampuan gue mengungkapkan perasaan gue. Ya maklumlah dalam pikiran gue, masa cewek sih yang nyatain cinta duluan. Sampai akhirnya gue nyesel-senyeselnya, ternyata dia sudah jadian sama teman gue juga.

Semenjak kejadian itu aku mulai menutup diri dari namanya cinta, dan mulai berusaha melupakan sang cinta pertama. Melupakan seseorang yang pernah ada di hati memang tak mudah, gak seperti teori-teori cinta yang selama ini gue pelajari. Lelah mencari cara melupakannya dan akhirnya gue nyerah, gue berhenti berusaha melupakan dan membiarkan rasa itu ada. Sampai suatu saat......

"Teng..tong..." bel rumahku berbunyi.
"Pasti si Ditha nih," pikirku. Akupun berlari ke pintu.
"Tuhkan tebakan gue bener, masuk Tha," ucap gue, sambil mempersilakan Ditha masuk.
"Tha, lu duduk dulu yah. Tunggu bentar gue mau ambil tas," gue langsung menuju kamar untuk mengambil barang yang gue perluin.
"Ok," jawab Ditha singkat.
Sesaat kemudiaan.....
"Berangkat yuk. Gue ikut mobil lu yah, mobil gue masih di bengkel," "yaudah kalau gitu," kami langsung menuju rumah Ghina.

Oh ya Ghina itu teman kami dari kecil, dia dulu tinggal di surabaya sama neneknya tapi sekarang balik lagi ke jakarta dan katanya sih mau masuk sekolah gue juga.

Sesampainya di rumah Ghina, kita langsung masuk dan mencari Ghina. Dan gak gue sangka ....

"Itu Ghina bukan sih, Tha? Cantik banget yah," ucapku sambil melongo tak percaya.
"Iya beda banget waktu dulu masih kecil, dia kan yang paling jelek dan culun. Tapi sekarang udah kek putri aja," balas Ditha yang juga tak percaya dengan apa kami lihat, kami langsung mendekatinya.
"Hei, kamu Ghina bukan?" Tanyaku ragu-ragu.
"Iya, masa kalian lupa sama aku sih? Dari kandungan udah temenan kok bisa lupa," ledek Ghina.
"Bukannya lupa, cuma agak ragu aja. Soalnya kamu cantik banget sih, beda sama dulu waktu kecil, hehe" ucapku.
"Bener tuh, kamu kok gak pernah jengukin kita disini sih? Hampir 5 lebih kayaknya kita gak ngumpul kek gini yah, kangen banget," Ditha ikut ngobrol.
"Hehe, maaf deh. Tapi akukan udah disini lagi bareng kalian ;) jadi kita bisa ngumpul lagi kek dulu," ujar Ghina.
"Yaudah deh, kapan kamu mulai masuk sekolah? Nanti kita jemput :D" kataku pada Ghina.
"Senin depan udah mulai sekolah, kalau mau jemput jangan telat yah, kamu kan telat mulu biasanya," balas ghina meledekku.
Seru sekali bercerita dengan Ghina, tak terasa waktu berlalu, kami disuruh makan. Karena tak kunjung mendapatkan meja yang kosong, akhirnya kami duduk bersama seorang cowok yang wajahnya cukup familiar bagi ku.
"Mas, boleh duduk di sini? Yang lain udah penuh semua nih," aku bertanya.
"Boleh, duduk aja kosong kok," katanya mempersilakan.
"Kayaknya kita sering ketemu tapi dimana yah?" Tanyaku memulai pembicaraan.
"Mbak lupa ya? Kita kan satu sekolah. Aku Rama kelas XI IPS 2," Jawabnya sambil mengenalkan diri.
"Aku Febby kelas XII IPA 3, pantes aja kek sering liat. Orang tiap hari lewat depan kelas kamu, hehe" Ucapku.
"Aku juga sering kok liat si mbaknya, tapi beda banget sama tampilan biasanya di sekolah," Kata Rama kelihatan sedikit bingung.
"Jangan panggil mbak dong, panggil Febby aja, gak beda jauh juga kok umur kita. Wah, emang kenapa sama penampilan aku? Ada yang salah yah?" Tanyaku kebingungan.
"Gak kok, kalau di sekolah ky gak peduli gitu sama penampilan, hehe" Ujarnya sambil tertawa kecil.
"Haha, emang gitu Febby mah, kalau gak gitu bukan Febby namanya," Ditha ikut bicara.
"Udahan dulu ngobrolnya, abisin dulu makanannya, keburu dingin," Ghina menyadarkan kami.

"Woyy... ngapain bengong gitu? Mikirin apaan sih Feb?" Ditha mengejutkanku.
"Kebiasaan ya lu itu, kalau gur jantungan gimana? Tega lu?" Kataku dengan sewot.
"Hehe, maaf maaf. Eh si Ghina masih di ruang kepala sekolah yah? Semoga aja dia masuk kelas gue," Ucap si Ditha.
"Enak aja, di kelas gue dong. Lagian gue juga duduk sendirian jadi pas tuh gue sama dia," Ujar gue berargumen.
"Kita liat aja nanti, jangan-jangan dia masuk di kelas lain," Ditha mengira-ngira.
"Semoga aja gak," Balasku.
"Amin... eh gue masuk dulu ya, itu ibu Ina udah otw tuh lu gak masuk apa?" Ujar Ditha menegurku.
"Masuklah, yaudah sana. Gue juga mau ke kelas," Sahutku.

Bersambung......