Jumat, 12 Agustus 2016

ANAK KECIL

Aku kenal banyak orang, dan semua yang aku lihat mereka selalu mengeluh karena dianggap anak kecil.

Mungkin berbanding terbalik denganku, aku selalu ingin diperlakukan sebagai anak kecil. Aku ingin dimanjakan dengan kasih sayang, aku ingin terus diingatkan, selalu ingin diperhatikan.

Bagiku tidak ada masa yang lebih menyenangkan selain saat-saat dimana aku jadi anak kesayangan. Aku tak suka dianggap dewasa dan dibiarkan memilih pilihanku sendiri, aku selalu ingin mereka tetap ikut campur dalam hidupku.

Aku masih saja iri saat ayah dan ibuku lebih memperhatikan adikku, egois memang. Aku selalu rindu mendengar teriakkan ibu membangunkanku, atau bahkan saat kasurku basah karena aku tak kunjung bangun dari tidur nyenyakku. Aku rindu, bu.

Saat aku masih sekolah dulu kalian selalu menanyakan kabarku. Apalagi saat aku harus pergi keluar kota berlomba. Tapi sekarang, aku tak pernah lagi mendengar hal seperti itu. Bisa aku hitung dengan jari tangan kananku berapa kali kalian menelfon dalam satu tahun aku disini.

Jauh dari rumah selalu membuatku rindu pulang, rindu kalian. A

Selasa, 09 Agustus 2016

BERPISAH TANPA PERPISAHAN

Disini ku menggenggam, takdir di tanganku...
Aku coba menahan, tak menangisimu...
Di bait pertama, di bait pertama...
Sekuat kaki ini, mencoba berlari...
Tetapi hati ini, menuntunnya kembali...

Lagu Bait Pertama milik Sheila on 7 menemani tangisku malam ini.

Sudah beberapa bulan semenjak hubungan kami berakhir tanpa kata perpisahan. Seingatku, aku ataupun dia tak pernah mengucapkan selamat tinggal. Tapi sekarang aku lihat dia bersama dengan kekasih barunya. Tampak sangat bahagia, sampai dia lupa aku masih jadi kekasihnya.

Tak pernah ada kata putus, tapi perlakuannya seolah aku tak pernah ada, tak pernah hadir sebagai orang spesial dalam hidupnya, atau bahkan seolah aku bukanlah siapa-siapa untuknya. Aku tak bisa mengerti, sepertinya aku tak pernah jadi seseorang yang kamu anggap berarti.

Selama ini sakit dan perih hanya aku simpan sendiri. Aku selalu menanyakan tentangmu, tapi kamu tak pernah peduli dengan perasaan ini.

Aku melihat bagaimana kamu menghancurkan hidupmu, tapi aku tak pernah pergi meninggalkanmu. Entah apa yang membuatku jadi seperti ini, aku bahkan sama sekali tak mengerti.

Melepasmu tak semudah kamu melepaskanku, melupakanmu tak segampang kamu melupakanku. Kamu yang membuat aku jatuh cinta terlalu dalam, sampai-sampai saat kamu pergi bersama yang lain aku masih bisa-bisanya menunggumu dengan bodohnya disini.

Aku mungkin terlalu banyak menuntutmu, mengatur hidupmu. Tapi kamu bahkan tak pernah peduli dengan hidupmu, denganku.

Ingin rasanya aku pergi jauh melupakan sisa-sisa kenangan kita. Kamu yang tak pernah mau mengakui aku, sampai kamu mendua di depanku. Namun, aku tak berdaya. Semakin keras aku berusaha melupakanmu dan semua kenangan kita, semuanya malah tampak lebih jelas dan membuatku terus menerus menitikkan air mata.

Kamu pergi dengan menggantungkan hubungan ini. Tanpa sepatah kata, tanpa ucapan apa-apa. Lalu aku harus bagaimana?

Minggu, 07 Agustus 2016

BERTEMAN DENGAN MASA LALU :)

Aku berjalan menjauh darimu, dan tak lama kulihat kamu berlari mengejarku. Aku tak peduli, aku terus lanjutkan hidupku. Tanpamu.

Melupakanmu memang butuh waktu yang lama, tapi aku yang memutuskan pergi. Jadi tak ada alasan untuk bersedih atas sebuah konsekuensi.

Meskipun kadang air mata juga mengikuti, tapi aku bersyukur kamu tak melihat itu jatuh dari mataku.

Kita telah lama berada di jalan yang salah, dan saat aku menyadarinya mengapa kamu tak juga mengerti? Bahwa kita tak seharusnya bersama lagi.

Aku sudah lupa apa saja yang pernah kamu ceritakan padaku. Setelah pergi darimu, aku mulai menyadari sesuatu. Bertahun-tahun mengenalmu tak ada satupun yang aku tahu tentangmu. Kamu tak pernah jujur denganku, hanya itu yang sekarang aku tahu.

Aku sedikit menengok ke belakang. Aku lihat sepertinya kamu mulai lelah dengan usahamu untuk kembali padaku. Sepertinya saat kamu mengejarku kamu bertemu seseorang yang terlihat menarik bagimu. Atau mungkin sebelum aku pergi, kamu sudah menemukan orang itu. Aku tak tahu.

Kamu tahu betul bahwa aku tak pernah membencimu, walau terkadang tanpa aku sadari aku begitu kecewa dengan perlakuanmu. Kita berpisah bukan karena itu, tapi karena aku yang tak bisa terus bersamamu dalam ikatan yang tidak wajar ini. Dan kamu tahu itu.

Akrab dengan semua orang? Aku rasa kamu begitu tahu tentang sifatku itu. Bahkan aku tetap menyapamu meski tak sehangat dulu. Aku tetap berjalan pada jalanku, bukan lagi pada jalan kita yang sampai saat ini tetap menjadi jalanmu. 

Sesekali aku bertemu dengan orang yang pernah mewarnai masa laluku, tapi bukan berarti aku ingin mengulang masa itu. Aku rasa tak ada yang salah dengan tetap berteman dengan masa lalu. Selama jalanku tetap seperti yang aku yakini, aku tak pernah mempermasalahkan berteman denganmu.

Aku tak akan lagi mengurusi hidupmu. Tapi jika kamu perlu aku sebagai teman, aku akan lakukan itu. Seorang teman akan selalu membantumu. :)

Sabtu, 06 Agustus 2016

APA HANYA AKU?

Bertahun-tahun kita dekat. Sampai aku mulai jatuh cinta, dan kamu yang pertama. 

Kita terus saja seperti ini, berapa banyak perempuan yang sudah aku temui dalam hidupmu. Fans-fans gilamu itu kadang membuatku cemburu. Mereka cantik, dan aku rasa sebagian juga baik.
Kamu ingat surat yang kamu terima dulu? Kamu bilang tak menyukainya, dan aku berusaha menutupi kecemburuanku itu. Beberapa hari kemudian aku dengar kamu sudah pacaran dengannya, hatiku terasa perih.

“Luka, tapi tak berdarah.”

Aku hanya bisa menyemangatimu setiap kau ada masalah. Seberapa hancurpun hatiku, kita tetap teman bukan? Aku selalu berharap kau juga punya perasaan sama.

Saat kamu memintaku untuk mengganti status facebook-ku menjadi pasanganmu, aku begitu senang. Seakan harapanku semakin tinggi tentangmu, tentang kita. Tapi tak lama kau kembali menggantinya tanpa mengucapkan sepatah katapun padaku.

Masih tergambar jelas dipikiranku, seseorang berkata agar aku menjauhimu. Kamu sudah bersama dengan temannya yang juga aku kenal. Dan itu dihari pertama sekolah, dimana harapakanku tentangmu yang begitu tinggi harus aku hancurkan demi seseorang yang baik untukmu itu.

Jujur saja, ingin rasanya aku menangis dan berteriak saat itu juga. Tapi aku tak bisa, karena aku lihat kamu juga bahagia bersamanya.

Ada sesuatu yang tak pernah ku ceritakan padamu, bahwa aku mencintaimu.

Perpisahan sekolah dulu, saat kamu tampil aku diam-diam mengambil fotomu. Aku masih menyimpannya dan kadang memandangnya.

Kita tak sedekat dulu. Tapi aku selalu memperhatikanmu dari jauh. Aku masih tahu bagaimana kabarmu, masih tahu apa saja yang kau lakukan.

Kamu tahu bagaimana hancurnya hatiku saat kamu tak ingin lagi berteman denganku?

Apa hanya aku yang merasakan semua ini?

Kamis, 04 Agustus 2016

ANTARA AKU DAN KAMU

Tatapan matanya terasa lebih hangat dari biasanya. Senyumnya lebih manis dari sebelumnya. Setelah malam itu, hubungan kami terasa lebih hangat, lebih dekat.

Pacaran? Tak terlintas dipikiranku memang. Aku menikmati saat-saat bersamanya, senang berada di dekatnya, bahagia melihat rupanya.

Dari tatapannya aku bisa merasakan cinta, kasih dan sayang. Tapi aku masih belum yakin dengan perasaanku dan juga perasaannya. Apa ini benar-benar cinta atau hanya rasa sekejap karena kesepianku saja.

Kamu tak pernah mengucapkan cinta, akupun begitu. Tak masalah, apa yang kamu dan aku lakukan kurasa lebih bermakna dibandingkan sekedar ucapan-ucapan itu. Aku juga tak yakin kita akan baik-baik saja jika salah satu diantara kita mengucapkan hal itu.

Aku tak bisa berbohong, hatiku menginginkannya lebih dari sekedar teman. Tapi aku masih belum cukup siap membuka hati dan membuka diri untuk menjalin sebuah hubungan. Luka masa lalu dan ketakutan yang masih membayangi membuatku tak bisa menuruti hati kali ini.

Mungkin saat ini, bersahabat denganmu adalah pilihan terbaik yang bisa ku pilih.

Selasa, 02 Agustus 2016

KAMU DAN RASA YANG TAK AKU MENGERTI

Hari ini terasa berbeda dari hari-hari sebelumnya. Reuni bersama teman-teman SMP dulu, masih sehangat 7 tahun yang lalu. Bedanya ada perasaan lain saat sekian lama aku dan kamu tak berjumpa.

Entahlah, aku juga tak paham apa yang terjadi dengan perasaanku ini. Aku tak tahu apakah kamu juga merasakan hal yang sama?

Kamu tahu? Ada yang aneh dengan hatiku ketika teman-teman kita membicarakan tentang mantan-mantanmu, walau aku juga ikut tertawa dan mengolokmu tahukah itu hanya untuk menutupi rasaku.

Apa kamu tahu, ketika teman-teman menanyakan hubunganmu dengan pacar barumu itu aku semerasa semakin aneh. Terasa seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa tentangmu. Sebelumnya aku hanya menganggapmu sebagai sahabatku, sahabat yang selalu menanyakan bagaimana kabarku.

Aku hanya bisa diam sambil menatap hp dan berusaha mengalihkan fokus pikiranku darimu. Saat teman-teman mulai menggodaku, mengatakan bahwa aku diam karena cemburu, aku hanya bisa menolak dan tetap menatap hpku.

Kita tak sedekat dulu, tapi aku tak mengerti kenapa hatiku terasa aneh saat melihatmu.

Apa mungkin mereka benar?

Bahwa laki-laki dan perempuan tidak pernah bisa benar-benar bersahabat tanpa ada perasaan lebih, entah dari salah satu atau keduanya. 

Kamu tahu? Saat kita dekat dulu, aku tak pernah menganggapmu lebih dari seorang teman yang begitu aneh. Kamu berbeda dari yang lain, sikapmu yang pendiam dan lawakanmu yang tidak begitu menyenangkan itu yang membuat kita dekat.

Dan kamu tahu? Ini pertama kalinya aku menganggapmu sebagai seorang pria. :)