Senin, 25 Desember 2017

TITIK JENUH

Doc. Penulis

Akan ada saat dimana kita berada dalam titik jenuh. Dan disanalah saat ini aku berada.

Ya mungkin karena aku tak mengerti bahwa hidup tak selalu bisa aku tentukan kemana arahnya akan membawa kita pergi. Atau mungkin karena harapan yang jauh terlalu tinggi dari ekspektasi.

Siapa yang tahu...

Entahlah... Kita mungkin punya visi dan misi yang berbeda, hingga itu yang membuat kita selalu berlawanan. Mereka mendukungmu.

Dan aku?

Aku akhirnya lelah sendiri. Sampai pada titik jenuh ini.

Pernahkah kau merasa berjuang sendiri?

Ketika harapanmu sangat tinggi, tapi yang lain seakan acuh tak acuh dengan apa yang kau cita-citai. Padahal apa yang kamu perjuangkan bukan untuk hal yang kamu nikmati pribadi.

Setinggi apapun semangatmu, sebesar apapun harapapunmu, dan sekuat apapun kamu berjuang untuk semua itu, rasanya tak akan berarti kalau hanya sendiri.

Lama-lama... Semua itu akan sirna.

Lama-lama... Semua itu tak lagi ada gunanya.

Punya skill tinggi tapi tak punya kontribusi? Ya percuma.

Kawan. Saat kau bekerja dalam tim, ingatlah ini.

Saat kau menganggap dirimu terlalu sibuk, tanyakan lagi, memangnya rekan satu timmu pengangguran yang kerjanya hanya duduk santai di rumah?

Saat kau menganggap dirimu tak bisa melalukan sesuatu, tanyakan lagi, memangnya tak ada yang mau mengajarimu? Atau jangan-jangan kamu yang tak mau belajar.

Kawan...

Aku juga punya titik jenuh.

Ketika kalian sama-sama acuh, tahukah kalian?

Semangatku juga mulai turun!

Cita-citaku tak lagi sebesar dulu!

Dan bahkan, kadang aku merasa tak kuat memperjuangkannya sendirian.

Ah...

Atau mungkin...

Aku yang tak mengerti kalian...


Banjarmasin, 6 Desember 2017

Diupload tanggal 25 Desember 2017, masih di Banjarmasin (belum libur)

Senin, 04 Desember 2017

BERSYUKURLAH


Mentari pagi bersinar, membawa keceriaan pada siapapun yang ia kenai. Burung-burung terbang dengan kicau merdu dalam melodi pagi yang seakan menari-nari.

Namun, ada satu yang nampaknya tak sebahagia burung-burung itu hari ini.

Orang itu adalah diriku sendiri.

Yang terus-terusan mengeluh atas hidup yang kadang kuanggap terlalu keras untuk dijalani.

Mulai dari tugas kuliah yang memanggil-manggil untuk dicandai, hingga tugas organisasi yang tak mau kalah ingin juga mendapat perhatian dan disayangi.

Ahh...

Aku hanya bisa mengeluh, mengeluh di atas penderitaan yang aku ciptakan sendiri.

Aku tak akan menyalahkan siapapun, apa lagi sampai menyalahkan sang Ilahi.

Karena aku tahu, semua ini karena aku tak pernah menyukuri apapun yang Tuhan berikan untuk aku yang tak tahu diri ini.

Bersyukurlah.

Bersyukurlah, karena semua rasa menderita muncul karena kita kurang bersyukur.

Bersyukurlah.
Bersyukurlah.



Banjarmasin, 4 Desember 2017

Selasa, 11 Juli 2017

KABAR DARI MASA LALU

Kupandangi bangunan ini, menatap sekeliling dengan senyuman dari hati. Tempat ini menjadi saksi, saat aku menatap senyum dan tawamu untuk terakhir kali.

Bagaimana kabarmu hari ini? Sudah berapa bulan kita tak pernah berjumpa lagi. Semoga kamu selalu baik-baik dengan-Nya di sisi, tak perlu kwatir doaku selalu menyertai.

Bulan ramadhan tadi aku berjumpa dengan ibumu lagi. Masih sama seperti terakhir kali aku temui. Aku tak bisa berkata banyak hanya diam dan berdoa dalam hati, semoga ibumu selalu tegar dengan kenyataan ini.

Tangis takkan mengubah apa yang telah terjadi, tangis pun tak akan mengembalikan kau pada kami. Walau lewat tangis setidaknya engkau tahu bahwa bagi kami, kau sangat berarti. Tapi aku tahu, tangis akan membuatmu sakit nanti.

Kau tahu? Mengingatmu membuatku selalu menyadari bahwa di dunia ini tak ada yang abadi. Mengingatmu juga membuatku memahami bahwa cinta tak hanya soal kata mencintai tapi juga peduli.

Kamis, 06 Juli 2017

UNTUKMU YANG BERJUANG DENGAN KEJUJURAN

Pengumuman hasil studi dimulai
Setelah lama menanti hasil yang tak pasti
Akhirnya satu persatu nilai mulai menampakkan diri

Mulai banyak yang menyesali
Kenapa tak itu, kenapa tak ini?
Memangnya apa yang salah dengan hasil ini?

Ingatlah kawan...
Kau tak perlu bersedih atas apa yang kau dapatkan dengan perjuangan...
Kau tak perlu bersedih atas apa yang kau dapatkan sendirian...
Bukan bantuan, tapi dengan mengandalkan ilmu yang sudah kau dapatkan...

Ingatlah kawan...
Kau tak perlu malu atas mengerikannya hasil kejujuran...
Kau tak perlu malu atas ocehan-ocehan mereka yang mereka lontarkan...
Kau tak perlu malu meskipun akhirnya kau mereka remehkan...

Tak apa kawan...
Tak apa ketika engkau harus mengulang mata kuliah tahun depan...
Setidaknya kau tahu kesalahan dan tahun depan kesalahan itu tak boleh kau ulang...

Yang perlu kau tahu...
Kau hanya harus malu...
Ketika uang kuliah yang orang tuamu bayarkan dari hasil jerih payah dan keringatnya itu tak engkau ganti dengan ilmu...


Find me on
Instagram @hfwaskan
Facebook: Hafizah Fikriah W
Youtube: Hafizah F. Waskan

Jumat, 23 Juni 2017

SALAH KITA

Siapa suruh tak bertanya?
Siapa suruh tak membaca?
Siapa suruh tak memahami maksudnya?
Siapa suruh jadi mahasiswa?

Ah...
Saya yang salah...
Saya yang tak bertanya...
Saya yang tak mengerti maknanya...
Tapi apa saya salah sebagai mahasiswa?

Ah mungkin bagi kalian tak seberapa!
Bukan masalah nilai, tapi masalah rasa.
Bagaimana rasanya seperti orang yang tunduk pada sesuatu yang tidak kita suka?
Bagaimana rasanya ketika kita dipaksa peka, tapi mereka sendiri tak mau tahu apa-apa?
Bagaimana rasanya ketika kita terpaksa karena takut dengan penguasa?

Ah... Sudahlah...
Ini salah kita...

Senin, 12 Juni 2017

TAK APA, MUNGKIN LAIN KALI

Ah maafkan.
Lain kali akan kusembunyikan.
Tak apa dengan anggapan kalian.
Lain kali aku takkan menyuarakan.
Tak apa dengan apa yang kalian pikirkan.
Lain kali akan kalian rasakan.
Lain kali akan muncul dalam ingatan.

Aku tak akan mengatakan maaf karena aku tak bisa bicara omong kosong.
Aku tak akan mengatakan maaf karena aku bukan sosok yang ingin dipandang sombong.
Aku tak akan mengatakan maaf untuk sesuatu yang memang harusnya tersimpan di kantong.

Apapun itu... Tak apa.
Mungkin bukan waktunya.
Apapun itu... Tak apa.
Mungkin bukan saatnya.
Apapun itu... Tak apa.
Sejauh ini, aku masih baik-baik saja.

Jumat, 12 Mei 2017

ANTARA SK DAN ANGKA KREDIT MAHASISWA

Aku bertanya, untuk apa kalian ikut kegiatan ini? Mereka menjawab "buat sertifikatnya lah, kan lumayan nambah-nambah berkas kalau mau kerja atau cari beasiswa".

Nyatanya memang seperti itu yang terjadi, kegiatan-kegiatan yang ada hanya sekedar tempat mencari sertifikat atau bahkan uang transport. Sedikit sekali mereka memikirkan apa kegiatan itu benar-benar berguna atau hanya buang-buang waktu belaka.

Apalagi dengan adanya SKKM, ya walaupun orang yang sudah berorganisasi mungkin akan bahagia karena keikutsertaan mereka dihargai tetap saja ada untung dan ruginya. Saat SKKM diadakan, banyak sekali mahasiswa yang mengikuti kegiatan hanya demi SK dan Sertifikat, mengumpulkan angka kredit sebanyak-banyaknya atau minimal supaya mereka bisa lulus tepat waktu.

Mahasiswa semester awal biasa sangat rajin, lulus cepat bukan lagi sebuah pilihan nampaknya. Tapi kewajiban. Siapa sih yang mau berlama-lama di kampus dengan UKT yang segitu tingginya?

Masalah SKKM ini juga sedikit banyak berpengaruh terhadap kinerja organisasi, mereka yang ada di dalamnya tak lagi punya cita-cita. Asalkan dapat SK dan menjalankan kewajibannya, yasudah. Mungkin itu pikirnya.

Coba lihat, berapa banyak mahasiswa yang mengikuti lebih dari 3 organisasi kampus. Entah apa tujuannya, ada yang menyebutnya gila organisasi, atau apapun sebutannya. Tapi bagiku untuk apa? Seberapa besar kamu bisa mengembangkan dirimu dengan segudang kesibukan itu?

Follow me on
Twitter @FeeSartio
Instagram @hfwaskan or @not.hfw

Kamis, 11 Mei 2017

MAHASIWA, UKT, LULUS CEPAT DENGAN IPK TINGGI

Belajar, sepertinya hanya itu yang kupikirkan saat ini.

Uang kuliah tunggal yang semakin tinggi setiap tahunnya mungkin menjadi penyebab mahasiswa tak ingin berlama-lama di kampus. Menjadi mahasiswa.
Penghasilan orang tua tak seberapa tapi harus membayar jutaan setiap semesternya. Walau itu bukan aku, yang malah mendapatkan yang kata mereka sebaliknya. Lalu? Apa besaran uang itu hanya soal keberuntungan?
Atau apa???

Banyak yang berteriak UKT mahal, bahkan salah satu temanku terpaksa membatalkan kelulusannya lewat jalur undangan setelah mengetahui total UKT yang harus ia bayarkan. Sayang memang, padahal sebelum tahu berapa besar UKT kita harus mengikuti beberapa tes yang mungkin menghabiskan biaya ratusan ribu.

Teringat ucapan salah seorang dosen, kita ini sedang dibodohi sistem. Sistem saat ini menuntut kita untuk menyelesaikan kuliah lebih cepat, sampai akhirnya kita hanya memikirkan belajar dan IPK tinggi. Doktrin seperti itulah yang sengaja diciptakan agar mahasiswa tak lagi peka, tak lagi mau turun ke jalan berpanas-panas menyuarakan asa, tak lagi berjuang menuntut hak yang memang seharusnya.

Ah, buat apa ikut-ikut seperti itu. Toh tak akan menaikkan IPK (katanya).

#ThisIsRealLife: SI PELUPA

Hmm... If you known me in real life maybe you would noticed that I can’t remembering many things. Well, kali ini gue mau menceritakan sedikit keluh kesah gue tentang kekurangan gue yang satu ini.

Gue juga gak tahu kapan gue mulai menyadari hal ini, tiba-tiba gue gak ingat aja gitu ya (tuh gak ingat lagi kan). Hari-hari gue layaknya orang lain menjalaninya, tapi ya gitu kadang gue suka lupa mau ngapain. Terutama untuk hal-hal kecil, seperti apa yang mau gue tulis ini mungkin gue bakalan lupa sebenernya inti dari tulisan ini apa, dan buat apa.

Banyak kejadian-kejadian yang cukup memalukan menurut gue, pernah gue beli minum di SBC (Kantin di kampus gue) dan nyelonong gitu aja, beberapa menit kemudian gue baru ingat belum bayar untung itu ibu yang punya warung langganan gue jadi gak terlalu malu. Hehe

Pernah juga suatu ketika gue terbangun dipagi hari, dan melihat jam di hp sudah menunjukkan pukul 6 gue langsung tersentak karena sadar hp gue pakai WIB (Waktu Indonesia bagian Barat) yang artinya sekarang pukul 7 dan gue masuk jam 7.15. Ditengah-tengah ritual mandi kucing-kucingan (untungnya kamar mandinya ada di dalam kamar sendiri jadi gak perlu ngantre) gue tersadar bahwa hp gue yang itu setting waktunya sudah pas, alias pakai WITA. Alhasil pagi itu gue muntah-muntah karena terkejut bangun.

Satu yang paling gue suka dari kekurangan gue ini adalah, saat gue disakiti gue gak bakalan dendam karena paling juga beberapa hari atau bahkan dalam hitungan menit gue sudah lupa apa yang orang lain lakukan dan apa yang gue rasakan. Tapi semuanya menjadi buruk ketika gue ada dalam posisi belajar, gue gak bisa kayak kalian semua yang mungkin pelajaran dulu-dulu masih ingat sampai sekarang.

But overall, meskipun gue sangat mudah melupakan ada satu hal lagi yang membuat gue merasa istimewa (ceelah), gue sangat mudah mengingat kembali (dalam waktu tertentu). Gue dengan mudah mengingat semua kenangan yang ada hanya dengan mendengar hal yang berhubungan atau sejenis itu. Aneh memang, tapi setidaknya belajar kebut semalam yang orang bilang gak efektif gak berlaku sama gue. Gue bahkan bisa belajar beberapa menit sebelum ulangan dimulai, bukan belajar mungkin ya, tapi mengingat kembali.

Nah loh, gimana menurut kalian? Untung sampai sini gue masih ingat ya, hehe.

Am I the only person who’s have this problem? Share with me please.

Sabtu, 11 Maret 2017

PEMBERI HARAPAN PALSU!!!


Ada banyak cara untuk menunjukkan bahwa kita peduli. Mulai dari sekedar mengingatkan makan, sampai mengucapkan selamat pagi.

Berbuat baik memang wajib bukan? Tapi bagaimana jika sebuah kebaikan disalah artikan? Apa yang harus kita lakukan?

Banyak orang yang pada akhirnya memutuskan untuk tidak lagi menunjukkan perhatian, kepedulian, hingga kebaikan pada orang-orang baru atau orang tertentu. Alasannya sederhana, tak ingin membuat orang lain baper (bawa perasaan) katanya.

Padahal berbuat baik adalah suatu keharusan, bahkan pada orang yang tak pernah memperlakukan kita dengan baik. Tak ada yang namanya "Kebaikan dibalas Kebaikan, dan Kejahatan dibalas Kejahatan", yang harusnya kita ingat bahwa baik itu Kebaikan atau Kejahatan sekalipun harus kita balas dengan Kebaikan.

Bukankah kejahatan itu dimana tidak ada kebaikan? Untuk menjadikannya baik harusnya kita melakukan sebaliknya bukan?

Persepsi seperti itu juga mempengaruhi mengapa pada akhirnya orang baik banyak yang diam, mereka tidak ingin dianggap ikut campur ranah orang lain. Padahal, manusia tidak bisa melihat dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain, bagaimana ia bisa mengerti dan melihat kekurangannya sendiri dan memerbaiki?

Apalagi semenjak ada istilah "Pemberi Harapan Palsu" orang-orang seakan membatasi diri dari yang namanya peduli. "Takut ah, nanti dikira ngasih harapan palsu lagi!" perkataan seperti inilah sebenarnya yang menjadikan kita apatis. Mulai tidak peduli dengan lingkungan, takut dibilang "sok peduli". Padahal kalau kita amati lagi, apa ada yang salah dengan kepedulian?

Harapan tidak akan muncul tanpa ada yang berharap, tanpa berbuat baikpun harapan bisa saja muncul. So, keep being nice. Not only to all people but all around you.

Dan jangan pernah menilai seseorang adalah pemberi harapan palsu, coba lihat dari dirimu sendiri, mungkin kamu yang membangun sendiri harapan itu.

Seperti apa yang selalu aku yakini "selama tidak melanggar aturan Agama, Pancasila dan Undang-Undang, mengapa tidak dilakukan?".

-@hfwaskan-

Minggu, 05 Maret 2017

OUR LIFE: POHON YANG MANJA


[JANGAN BACA CAPTION INI]

Apa yang kamu pikirkan setelah melihat foto ini?

Hanya pohon tumbang? Atau yang lain?

Sadar tidak sadar, sebenarnya pohon ini menggambarkan kehidupan kita jika terlalu dimanja. Pohon ini tumbuh di wilayah rawa dimana air sangat mudah ditemukan.

Kalau kamu perhatikan, akar-akar pohon sebesar itu hanya seperti akar-akar serabut dan bergerak ke sisi, bukan ke dasar. Akar pohon tersebut tidak perlu repot-repot mencari sumber makanan, di sekitarnya sudah terdapat banyak sekali yang bisa dimakan. Pohon itu juga tumbuh besar.

Namun saat ada angin kencang menerjang, akar pohon yang hanya tumbuh di permukaan dan tidak menancap dalam itu akhirnya menyerah, pohon besar itupun tumbang.

Begitu juga kita, kesenangan itu membuat kita terlena. Orang tua yang selalu memanjakan anaknya, memberikan selalu apa yang anaknya minta. Bukan tak boleh hanya ketika sepanjang hidup kita selalu dimanja, kita akan terlena dan malas dengan yang namanya "mencari".

Kita memang tetap akan menjadi besar, tapi saat ada masalah besar menerjang, apa kita tetap bisa bertahan?

 -HFWaskan-

Rabu, 22 Februari 2017

KAMU, MIMPI YANG TETAP ADA DALAM JIWA :)


Langit mendung, terlihat awan-awan hitam mulai menutupi sebagian langit kota kali ini. Alam seolah paham, ia seolah ikut merasakan apa yang aku rasa. Air menetes tapi tak juga hujan, sama seperti air mata ini tak mampu juga aku jatuhkan.

Mungkin kita telah bertemu jauh sebelum aku benar-benar bisa mengingat namamu. Aku tersipu saat nenek mengatakan ingin menjodohkan kita, tapi aku saat itu terlalu kecil untuk memahaminya.

Rambut cepak, kaos tanpa lengan, celana jeans sobek selutut, begitu kiranya penampilanku saat pertama kali bertemu kamu. Sungguh bukan penampilan yang menarik untuk seorang gadis kelas 1 SMA, aku rasa.

Semenjak itu kita sering bertemu, tapi tak pernah bertegur sapa, tak pernah saling bicara. Hanya senyum yang sering kita lemparkan saat bertemu mata, tanpa ada kata yang terlontar pastinya.

Aku mengagumimu dalam diam. Aku ingat setiap pertemuan keluarga besar kita, makanan buatanmu selalu membuat aku ingin terus mencicipinya. Tak ada yang istimewa, hanya terasa penuh cinta.

Lama tak berjumpa, kita punya kakek yang sama namun nenek yang berbeda. Samar-samar aku ingat betapa khawatirnya kamu dengan kondisi kakek, kamu rela merelakan waktu liburmu yang hanya sebentar untuk menemaninya. Sedangkan aku? Ah, terlalu banyak alasan. Tak sibuk tapi disibuk-sibukkan.

Sampai saat itu kita masih tak saling bicara, duduk berdampingan tapi sama-sama diam tak bersuara. Seperti sibuk dalam dunia yang berbeda.

Pagi itu aku dikejutkan oleh kabar meninggalnya kakek, aku bingung, sedangkan aku masih ada final test saat itu. Dosen yang aku kabari tak merespon, aku putuskan untuk mengikuti ujian. Tak fokus, pikiranku terbagi-bagi. Setelah selesai, masih dalam seragam hitam putihku, aku harus menempuh jarak 140 lebih untuk sampai ke rumah.

Hanya 3 jam perjalanan! Masih sempat aku mengantarkan alm. Kakek, aku tak mau melakukan kesalahan kedua kalinya. Kamupun ada disana, masih sama seperti biasa. Tampak sibuk.

Aku ingat, ibu memintaku mengantarkanmu ke rumah kepala desa untuk mengurus surat izin kerja. Dan itu pertama kali kita bicara, bedua!

Entah apa yang aku pikirkan, mungkin aku sudah cukup dewasa untuk merasakan yang namanya cinta.

Aku bertanya pada ayah "Apakah sepupu boleh menikah?" dan kamu tahu siapa yang aku pikirkan, iya kamu.

"Boleh, memangnya kamu mau nikah sama siapa?" Aku hanya tersenyum kecil, tak salahkan jika aku berharap perjodohan dari nenek itu nyata?

Hari ini, aku baru merebahkan tubuhku setelah kuliah 4 sks. Ayah menelfon, aku sudah malas mengangkatnya karena aku kira ia akan kembali memintaku memeriksa data forlap diktinya.

Terdengar suara mama, badanku bergetar. Tak tahu harus berbuat apa, aku terdiam sejenak. Apa aku tidak bermimpi? Setelah bersiap, dan membatalkan janjiku hari ini, dan aku bergegas melajukan kendaraanku.

Sayup-sayup aku dengar isak tangis di rumahmu, Tuhan apa yang harus aku lakukan? Aku terlalu lemah untuk menangis, tak ada satupun air mata jatuh saat itu. Tak sempat aku melihat wajahmu untuk terakhir kalinya, tapi aku yakin bayangmu tak pernah hilang dari dalam jiwaku.

Ayahmu bercerita, tadi malam bahkan kamu mengatakan ingin membeli sepetak tanah untuk membuat rumah. Ah ini rupanya, selamat jalan Abang.

Meskipun kita tidak berjodoh saat ini, aku akan selalu berdoa agar Abang tenang disana. Walau masih tak percaya, tapi aku percaya Allah lebih menyayangi Abang. Dan kasih sayang Allah lebih besar daripada kami semua disini.

Terima kasih sudah pernah membuat aku merasakan rasanya ingin memiliki. :)

Minggu, 12 Februari 2017

DATANG KOK KALAU ADA PERLUNYA DOANG?

"Ah kamu mah datang kalau ada perlunya doang."

Kalimat yang mungkin pernah kita ucapkan untuk seorang "teman" yang datang hanya diwaktu tertentu. How if we change our point of view?

Tulisan ini ada karena kejenuhan serta kesadaran gue setelah kini berumur hampir 19 tahun (Ciyee yang mau ultah *skip) dan mulai punya pemikiran yang berbeda dari kebanyakan orang. Pertama yang mau gue sampaikan adalah, please don't take it seriously (tapi kalau kamu mau seriusin hubungan kita, aku siap kok.) karena ini hanya sebuah opini. Kalau sesuai logika kalian silakan diterima, kalau gak ya gue maksa.

Hal pertama yang harusnya disadari setiap orang bahwa kita semua adalah makhluk sosial. Yang artinya kita perlu bersosialisasi dan berinteraksi dengan manusia dan lingkungan sekitar. Jadi kalau ada orang yang antisosial, mungkin dia belajar jalan sama monyet di hutan.

Hal selanjutnya adalah bahwa manusia merupakan makhluk individu, yang punya karakteristiknya masing-masing. Setiap satu dari kita akan berbeda dengan yang lainnya. Jadi kita gak bisa mengeneralisir seseorang hanya karena satu faktor saja.

Dalam kaitannya dengan pembahasan gue ini, kesadaran kita bahwa manusia adalah makhluk sosial akan membawa kita pada suatu pengertian bahwa dalam sebuah hubungan pertemanan ada yang namanya mutualisme, saling menguntungkan. Tapi kita juga harus sadar setiap orang punya prioritasnya masing-masing, jadi gak bisa selalu ada buat kita setiap saat.

Hubungan pertemanan itu adalah hubungan saling membutuhkan, saat lu perlu sesuatu dan gue bisa bantu ok gue akan bantu. Kalau gue perlu sesuatu dan lu gak bisa bantu atau malah hilang gitu aja, apa gue harus menyalahkan lu? Gak kan?

Lu mungkin punya sejuta alasan untuk menolak permintaan gue, dan begitu juga dengan gue. Itu hak kita sebagai individu. Lu ataupun gue gak bisa mencampuri itu.

"Tapi, dia selalu ada kok buat gue. Gak kayak lu."

Ah, baca lagi buku IPS atau Sosiologinya deh. Atau simplenya baca tulisan ini dari awal lagi.

Nyatanya kita sadari atau tidak kita berteman karena ingin memanfaatkan. Ah bohong sekali kalau mengatakan tidak. Coba gue tanya, apa setiap orang bisa mengerjakan sesuatunya sendiri? Jawabannya tidak, yakan?

Bisa nangkep apa maksud gue?

Setidaknya gue berteman karena gak pengen merasakan dinginnya kesendirian.

That's just my crazy opinion, you wanna accept it or not itu hak kamu 😊

That's all :)