Selasa, 17 November 2015

IBU


Ibu, sosok yang mungkin paling kurindukan saat ini. Bukan karena dia tidak ada, tapi karena kasih sayangnya tak pernah bisa dimengerti oleh seorang gadis kecil yang belum dewasa ini. Ya, Ia sangat keras kepala. Sampai-sampai aku yang sudah berusia 17 tahun ini tak mampu menangkapnya dalam logika.

Aku dan Ibu, layaknya dua orang yang tak saling mengenal atau setidaknya hanya kenal biasa. Ibu, orang yang sibuk dengan kesibukannya, jadwal hariannya sangat padat. Bahkan hari libur pun tak menjamin ia berada di rumah. Aku tahu itu salah satu caranya untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Tapi tetap saja aku masih tak bisa mengertinya.

Aku dan Ibu, dua orang wanita yang sangat jarang saling menyapa. Mungkin itu yang membuat kami semakin menjauh. Keegoisan, keras kepala, dan selalu ingin dimenggerti adalah kesamaan yang kami miliki.

Tahukah engkau, bu?
Anak gadismu ini pernah salah arah, pernah salah langkah, pernah masuk ke dunia yang mungkin engkau sendiri tak pernah membayangkannya. Kecewa pasti jika kau tahu apa yang pernah aku alami, tapi percayalah bu anakmu ini tak pernah bermaksud seperti itu.

Kadang saat aku melihat mereka yang bisa dekat dengan orang tuanya terutama ibunya, aku sangat iri bu. Tapi tak lama aku menjadi merasa sangat hina, saat melihat orang yang bisa bahagia walau ibunya tiada. Aku merasa sangat tidak bersyukur, sangat tidak berterimakasih pada Tuhan. Bagaimana tidak, aku masih punya orang tua lengkap, aku punya ibu dan ayah. Aku tak ingin lagi menyalahkan keadaan, tak ingin lagi berharap terlahir dalam keluarga berbeda, tak ingin lagi lari dari kenyataan bahwa engkau adalah ibuku.

Aku tahu betul bahwa cinta dan kasih sayang memang tak harus selalu diucapkan dengan kata. Tapi setidaknya aku juga memerlukan itu bu. Aku membutuhkanmu disampingku. Aku juga tahu betul bahwa cinta dan kasih sayang itu bisa berbentuk apa saja, tapi tahukah engkau ibu saat engkau berkata kasar padaku atau saat kau berlaku kasar padaku saat itu juga aku semakin menutup diri darimu. Aku takut ibu.

Ibu, aku ini hanya anak kecil yang merindukanmu. Merindukan pelukkan hangatmu, sentuhan lembut tanganmu, dan ucapanmu yang mampu menenangkan jiwaku yang sedang beranjak dewasa ini. Bu, bisa kita seperti mereka di luar sana? Bisakah kita berbicara bebas berdua tanpa ada rasa canggung? Bisakah kau tak berlaku kasar padaku? Bisakah kau memberikan kasih sayangmu dengan cara yang bisa aku mengerti? Bisakah bu? Atau setidaknya ajari aku caranya mengerti dirimu.

Aku ini hanya anak gadis berusia 17 tahun yang ingin tumbuh dewasa bersama kasih sayangmu Ibu.~ HFW