Senin, 18 April 2016

APA KABAR MAHASISWA KEKINIAN?



Kekinian, kata yang bisa dibilang sangat popular saat ini. Bagaimana dengan “Mahasiswa Kekinian”? Apa yang terlintas dibenak kalian saat mendengar kalimat tersebut?


                Mengutip pendapat dari seseorang yang sebenarnya gak gue kenal dia itu siapa, tinggalnya dimana, tanggal lahirnya berapa, kerjanya apa, jomblo atau taken, dan seluk beluknya seperti apa, tapi sebut saja dia Romeo. Menurut dia, Mahasiswa Kekinian itu adalah mahasiswa yang selalu mengikuti zaman, selalu update tentang hal-hal baru, mengikuti perkembangan fashion.


                Gue sebenarnya setuju dengan pendapat ini, tapi tulisan kali ini akan lebih mengedepankan opini yang sedang berkecamuk di otak gue. Gue mau menyoroti posisi mahasiswa sekarang dibandingkan dengan pergerakan mahasiswa zaman dulu.


                Mungkin ada yang ingat bagaimana hebatnya pergerakan mahasiswa dulu untuk merebut kemerdekaan melalui karya jurnalistik, atau pergerakan mahasiswa saat meruntuhkan kabinet  Soeharto. Itulah sedikit gambaran tentang bagaimana peran mahasiswa dulu.


                Sekarang ini mahasiswa seakan acuh terhadap masalah yang terjadi, banyak sekali mahasiswa yang tutup mata dengan ketidakadilan yang terjadi bahkan dihadapan mata mereka. Mungkin masih banyak yang menyuarakan ketidakadilan itu lewat media sosial, tapi bukankah satu tidakan lebih baik dari seribu kata?


                Tak ada yang salah dengan itu, tapi apa dengan menulis status menghujat dan menghina bisa memperbaiki sesuatu? Apa dengan status-status tak bermakna itu bisa membawa satu perubahan? Bahkan media sosial yang kalian gunakan tidak memiliki akses untuk bisa dilihat oleh pihak bersangkutan, apa itu yang dinamakan perjuangan? Apa itu yang dinamakan suara atas ketidakadilan?


                Menulis memang dianjurkan, tapi kalau hanya berisi hujatan atau opini sesaat yang akan hilang jika permasalahan terselesaikan walau nyatanya masalah itu bisa kembali lagi lebih baik membantu memikirkan apa solusi yang bisa dilakukan.


                Di era globalisasi sekarang ini tak dapat dipungkiri media sosial memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Kalian pasti tahu paling tidak satu akun media sosial yang mengatasnamakan mahasiswa. Contoh saja di media sosial instagram, banyak sekali akun-akun tentang mahasiswa. Tapi gue yakin kalian tahu pasti apa yang sering mereka repost di akun-akun tersebut.


                Memang benar kegiatan mahasiswa, tapi kegiatan semacam selfie atau sejenisnya itulah yang lebih banyak di-repost. Followers akun-akun tersebut juga terbilang banyak. Meskipun sesekali memposting kegiatan mahasiswa yang memang seharusnya dikedepankan, tapi lebih dominan menyoroti mahasiswa yang mereka anggap ganteng atau cantik.


                Salah satu post yang sangat popular dikalangan mahasiswa terutama saat ini adalah meme, sangat memprihatinkan memang (jika kalian memikirkan kembali apa seharusnya yang mereka dominankan dalam akun tersebut). Tapi ini juga bukan sepenuhnya salah para admin akun tersebut, mungkin mereka hanya mengikuti arus. Menyesuaikan diri dengan kehendak pasar, kehendak para followers mereka.


                Disisi lain, sekarang ini mana ada mahasiswa yang mau berunjuk rasa turun kejalan, memang sebenarnya masih ada. Tapi apakah masih bisa sehebat dan sebanyak mahasiswa dulu? Ah, banyak yang saat diberikan sedikit perlawan dari aparat saja nyalinya langsung ciut. Unjuk rasa berikutnya mana mau dia ikut lagi. Hanya segelintir mahasiswa yang peduli dengan ketidakadilan.


                Mereka menolak diam, menolak tutup mata. Mereka yang seperti ini harusnya didukung, asal yang mereka lakukan masih sesuai dengan Pancasila. Kita ini hidup di negara yang memiliki Pancasila sebagai pedoman hidup. Saat apa yang dilakukan para petinggi negara tidak sesuai dengan Pancasila, harusnya kita sebagai mahasiswa menyuarakannya, menuntut pengembalian Pancasila menjadi dasar bernegara, bukan kekuasaan dan jabatan yang menjadi dasar berjalannya negara. Yang kalau pemimpinnya berganti, semua tatanan negara juga harus berganti. Yang semua orang tunduk pada apa yang dilakukan pemerintah meski tak sesuai Pancasila. 


                Ada juga mereka yang bekerja sebagai wartawan kampus, tapi apa yang mereka tulis jauh sekali dengan apa itu persma (pers mahasiswa). Jarang sekali ada yang mengkritisi birokrasi dan permasalahan kampus, apalagi mengkritisi permasalahan negara.


                Mereka kini lebih suka menyoroti kehidupan mahasiswa, kehidupan yang jauh dari realita birokrasi. Headline yang gue rasa gak seharusnya menjadi sorotan utama mereka. Mereka seakan tak berani menyuarakan bagaimana permasalahan birokrasi yang selama ini terjadi. 


                Ketakutan dan tekanan mungkin saja terjadi. Tapi selama kita menyuarakan kebenaran apa yang harus ditakutkan?


                Warga negara yang baik bukan yang tidak pernah melanggar hukum, tapi warga negara yang baik adalah mereka yang mengembangkan ilmu pengetahuannya dan memberikan kontribusi terhadap berjalannya negara yang sesuai dengan dasarnya. 


                Dalam penulisan opini ini gue rasa banyak sekali kekurangnya. Kalau gue boleh mengenalkan diri (pasti boleh dong ya, orang ini blog gue *hehe), gue ini seorang mahasiswa semester 2 disebuah perguruan tinggi negeri yang paling terkenal ditempat gue *halah. Gue menulis opini ini karena gue gak mau jadi gila karena pendapat ini membusuk di otak gue.


                Mungkin buat kalian yang sudah baca tulisan gue sebelumnya, kalian pasti tahu kalau gue ini introvert. Gue lebih suka menyuarakan apa yang gue rasakan lewat tulisan.


NOTE : INI CUMA PENDAPAT GUE YANG GUE TULIS BERDASARKAN FAKTA-FAKTA YANG SAAT INI TERJADI.


Terima kasih  sudah mau membaca. Mohon komen kalau menurut kalian saya salah. Mari berdiskusi kakak ^^