Jumat, 12 Mei 2017

ANTARA SK DAN ANGKA KREDIT MAHASISWA

Aku bertanya, untuk apa kalian ikut kegiatan ini? Mereka menjawab "buat sertifikatnya lah, kan lumayan nambah-nambah berkas kalau mau kerja atau cari beasiswa".

Nyatanya memang seperti itu yang terjadi, kegiatan-kegiatan yang ada hanya sekedar tempat mencari sertifikat atau bahkan uang transport. Sedikit sekali mereka memikirkan apa kegiatan itu benar-benar berguna atau hanya buang-buang waktu belaka.

Apalagi dengan adanya SKKM, ya walaupun orang yang sudah berorganisasi mungkin akan bahagia karena keikutsertaan mereka dihargai tetap saja ada untung dan ruginya. Saat SKKM diadakan, banyak sekali mahasiswa yang mengikuti kegiatan hanya demi SK dan Sertifikat, mengumpulkan angka kredit sebanyak-banyaknya atau minimal supaya mereka bisa lulus tepat waktu.

Mahasiswa semester awal biasa sangat rajin, lulus cepat bukan lagi sebuah pilihan nampaknya. Tapi kewajiban. Siapa sih yang mau berlama-lama di kampus dengan UKT yang segitu tingginya?

Masalah SKKM ini juga sedikit banyak berpengaruh terhadap kinerja organisasi, mereka yang ada di dalamnya tak lagi punya cita-cita. Asalkan dapat SK dan menjalankan kewajibannya, yasudah. Mungkin itu pikirnya.

Coba lihat, berapa banyak mahasiswa yang mengikuti lebih dari 3 organisasi kampus. Entah apa tujuannya, ada yang menyebutnya gila organisasi, atau apapun sebutannya. Tapi bagiku untuk apa? Seberapa besar kamu bisa mengembangkan dirimu dengan segudang kesibukan itu?

Follow me on
Twitter @FeeSartio
Instagram @hfwaskan or @not.hfw

Kamis, 11 Mei 2017

MAHASIWA, UKT, LULUS CEPAT DENGAN IPK TINGGI

Belajar, sepertinya hanya itu yang kupikirkan saat ini.

Uang kuliah tunggal yang semakin tinggi setiap tahunnya mungkin menjadi penyebab mahasiswa tak ingin berlama-lama di kampus. Menjadi mahasiswa.
Penghasilan orang tua tak seberapa tapi harus membayar jutaan setiap semesternya. Walau itu bukan aku, yang malah mendapatkan yang kata mereka sebaliknya. Lalu? Apa besaran uang itu hanya soal keberuntungan?
Atau apa???

Banyak yang berteriak UKT mahal, bahkan salah satu temanku terpaksa membatalkan kelulusannya lewat jalur undangan setelah mengetahui total UKT yang harus ia bayarkan. Sayang memang, padahal sebelum tahu berapa besar UKT kita harus mengikuti beberapa tes yang mungkin menghabiskan biaya ratusan ribu.

Teringat ucapan salah seorang dosen, kita ini sedang dibodohi sistem. Sistem saat ini menuntut kita untuk menyelesaikan kuliah lebih cepat, sampai akhirnya kita hanya memikirkan belajar dan IPK tinggi. Doktrin seperti itulah yang sengaja diciptakan agar mahasiswa tak lagi peka, tak lagi mau turun ke jalan berpanas-panas menyuarakan asa, tak lagi berjuang menuntut hak yang memang seharusnya.

Ah, buat apa ikut-ikut seperti itu. Toh tak akan menaikkan IPK (katanya).

#ThisIsRealLife: SI PELUPA

Hmm... If you known me in real life maybe you would noticed that I can’t remembering many things. Well, kali ini gue mau menceritakan sedikit keluh kesah gue tentang kekurangan gue yang satu ini.

Gue juga gak tahu kapan gue mulai menyadari hal ini, tiba-tiba gue gak ingat aja gitu ya (tuh gak ingat lagi kan). Hari-hari gue layaknya orang lain menjalaninya, tapi ya gitu kadang gue suka lupa mau ngapain. Terutama untuk hal-hal kecil, seperti apa yang mau gue tulis ini mungkin gue bakalan lupa sebenernya inti dari tulisan ini apa, dan buat apa.

Banyak kejadian-kejadian yang cukup memalukan menurut gue, pernah gue beli minum di SBC (Kantin di kampus gue) dan nyelonong gitu aja, beberapa menit kemudian gue baru ingat belum bayar untung itu ibu yang punya warung langganan gue jadi gak terlalu malu. Hehe

Pernah juga suatu ketika gue terbangun dipagi hari, dan melihat jam di hp sudah menunjukkan pukul 6 gue langsung tersentak karena sadar hp gue pakai WIB (Waktu Indonesia bagian Barat) yang artinya sekarang pukul 7 dan gue masuk jam 7.15. Ditengah-tengah ritual mandi kucing-kucingan (untungnya kamar mandinya ada di dalam kamar sendiri jadi gak perlu ngantre) gue tersadar bahwa hp gue yang itu setting waktunya sudah pas, alias pakai WITA. Alhasil pagi itu gue muntah-muntah karena terkejut bangun.

Satu yang paling gue suka dari kekurangan gue ini adalah, saat gue disakiti gue gak bakalan dendam karena paling juga beberapa hari atau bahkan dalam hitungan menit gue sudah lupa apa yang orang lain lakukan dan apa yang gue rasakan. Tapi semuanya menjadi buruk ketika gue ada dalam posisi belajar, gue gak bisa kayak kalian semua yang mungkin pelajaran dulu-dulu masih ingat sampai sekarang.

But overall, meskipun gue sangat mudah melupakan ada satu hal lagi yang membuat gue merasa istimewa (ceelah), gue sangat mudah mengingat kembali (dalam waktu tertentu). Gue dengan mudah mengingat semua kenangan yang ada hanya dengan mendengar hal yang berhubungan atau sejenis itu. Aneh memang, tapi setidaknya belajar kebut semalam yang orang bilang gak efektif gak berlaku sama gue. Gue bahkan bisa belajar beberapa menit sebelum ulangan dimulai, bukan belajar mungkin ya, tapi mengingat kembali.

Nah loh, gimana menurut kalian? Untung sampai sini gue masih ingat ya, hehe.

Am I the only person who’s have this problem? Share with me please.