Selasa, 06 Oktober 2015

Kabut Asap, Bahaya yang Jadi Penyelamat



       Berat rasanya harus berpisah dari seorang yang sangat aku cintai, seseorang yang selalu mengerti dan tahu bagaimana caranya menyayangi.

    Namanya Ahya, cinta pertamaku. Entahlah, orang bilang ini hanya cinta monyet, cinta anak SMP yang baru beranjak remaja tapi aku rasa dia yang terbaik dari segalanya. Hari ini tepat 1 tahun kami menjadi sepasang kekasih, tapi ada sesuatu yang mengganjal dihatiku.
“Ya, ada yang ingin aku sampaikan.” Ucapku ragu-ragu.
“Ada apa?” Tanya Ahya.
“Setelah pengumuman kelulusan aku harus ikut ayah ibuku pindah ke Riau.” Aku mulai gugup menantikan respon dari Ahya.
“Kamu serius?” Ahya hanya bertanya singkat, mungkin dia sudah mengerti pekerjaan ayahku.
“Iya, ayahku harus pindah tugas ke Riau dan ayahku ingin aku ikut bersamanya dan melanjutkan sekolah disana.” Mataku mulai berlinang.
“Baiklah, aku tak mungkin juga memaksakan kehendakku hanya karena aku mencintaimu. Kalau kita jodoh, nanti pasti akan kembali lagi.” Ahya mengusap air mataku yng mulai jatuh.

Setelah pengumuman kelulusan, seperti yang telah direncanakan sebelumnya aku harus pindah. Semua sudah disiapkan, aku akan pergi meninggalkan tanah Kalimantan. Berat rasanya tapi, aku harus kuat menjalaninya.

Oh ya, namaku Hafizah Fikriah Waskan. Aku anak pertama dari 3 bersaudara dan aku anak perempuan satu-satunya. Jadi wajar saja aku sangat disayang dan dimanja. Ayahku bahkan tak ingin terpisah jauh walau hanya beda pulau.

            Hari demi hari terus berlalu, sudah terhitung 3 tahun sejak kepergianku meninggalkan tanah Kalimantan. Banyak lelaki yang mendekatiku, berusaha merebut perhatian dan kasih sayangku, namun tak ada satupun yang berhasil singgah dan menetap dihatiku.

      Sudah beberapa bulan ini kondisi udara di Riau semakin memburuk, entah hutan yang terbakar atau sengaja dibakar aku tak tahu penyebab pastinya. Kondisi kesehatanku mulai memburuk, Ujian Nasional sudah kulalui dan akhirnya ayah dengan berat hati menyuruhku kembali ke Kalimantan dan melanjutkan studiku disana. Awalnya aku menolak, aku tak bisa jauh dari ayah Tapi kerena pertimbangan yang matang akhirnya aku mengiyakan permintaan ayah.

                Kalimantan? Ya, tempat dimana dulu aku pernah membuat cerita cinta luar biasa dengan seseorang yang kini aku tak tahu ada dimana.

       Aku diterima di Universitas Lambung Mangkurat, tepatnya dijurusan Pendidikan Matematika. Hari ini pra-ospek, semua mahasiswa baru program studiku dikumpulkan, ada satu yang menarik perhatianku. Seperti aku sangat mengenalinya, tapi aku terlalu malu untuk bertanya.

     Ini saatnya semua orang mengenalkan diri, tiba giliran si cowok itu. Astaga, aku tak bisa berkata apa-apa. Ternyata dia, orang itu, orang yang pernah menjadi pelita hatiku. Ya, dia adalah Ahya. Sejak saat itu kami kembali akrab, dan akhirnya memutuskan untuk kembali menjalin kasih.

2 komentar: