Senin, 21 November 2016

AKU DAN JARAK

Berkali-kali menjalin hubungan jarak jauh, tak ada yang berhasil satupun. Aku masih ingat, terakhir kali aku melakukannya hubungan itu berakhir dengan perselingkuhan yang hampir mengancam nyawaku.

Mungkin benar, kadang tak selamanya kata bisa menggambarkan perasaan. Apa yang kita rasa tidak bisa selalu kita ungkapkan lewat kata atau tulisan. Mana tahu yang bicaranya selalu bahagia, yang status atau pmnya selalu ceria selalu sejalanan dengan perasaan hatinya.

Yang dekatpun kadang masih tak bisa saling mengerti, bagaimana dengan hubungan jarak jauh ini?... "Ah itu cuma alasan kamu saja, Fe".

Alasan yang mungkin memang layak untuk aku sampaikan, karena aku tak sebaik mereka untuk menyampaikan sesuatu. Aku lebih suka menyimpan sesuatu sendiri, karena aku tak tahu bagaimana cara menyampaikannya agar orang bisa mengerti dan paham dengan apa yang aku sampaikan.

Aku tak semenyenangkan yang lain, aku juga tak bisa tampil cantik seperti gadis lain, aku pun tak bisa menjadi layaknya gadis rata-rata.

Emosiku tak selalu terkontrol, kalau aku sedang malas bicara aku tak akan bicara, kamu memaksa? Hmm... Mungkin kamu akan melihat raut masam dan nada sinis dariku.

Hubungan jarak jauh mungkin tak cocok untuk orang sepertiku, apa yang bisa kau tunjukkan pada sekitarmu jika bersamaku? Apa kau akan tetap bisa mengerti kalau aku tiba-tiba diam tanpa alasan?

Rabu, 16 November 2016

RUN!!!!!!

"Arggghhh... Panas banget sih. Kapan selesainya ini coba, aku capek." Keluhku.
"Setiap hukuman terjadi karena adanya kesalahan, walau kadang kesalahan itu terdapat pada pihak yang menghukum." Aku menoleh kearah suara.
"Bagaimana kalau kita kabur saja?" Ucapnya lagi.
"Boleh, aku sudah lelah berdiri disini." Aku mengiyakan tawarannya.
"Dalam hitungan ke 3, kita lari. Ok?" Aku hanya mengangguk mendengarkan ucapannya.
"1...2...3..." Ia menggenggam tanganku lalu belari, aku tak tahu ia membawaku kemana. Aku hanya mengikuti langkahnya.
"Aku lelah..." Ucapku menghentikan langkah.
"Heiiiii... Kalian !!!!!" Belum sempat aku mengatur napas, ia kembali menarikku. Pak Adam terus mengejar kami.
Dia mengajakku bersembunyi belakang bangunan perpustakaan sekolah. "stt.. Kau diam saja." Ucapnya sambil mengamati keadaan. "Sepertinya Pak Adam tidak lagi mengejar kita."
Aku sedikit bisa bernapas dengan lega.
"Aku Rama, kamu Resty kan?" Dia mengulurkan tangannya padaku,
"Iya, kenapa kamu bisa mengenaliku? Sepertinya aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, kau dari kelas berapa?" Tanyaku sambil berjabat tangan dengannya.
"Mungkin karena fansmu terlalu banyak, kau tak pernah menyadari aku yang selalu berada di dekatmu."
Aku memang tak pernah memperhatikan mereka yang menyebut mereka fansku, "Bagaimana bisa kau selalu di dekatku?" Aku sedikit kebingungan mengartikan kata-katanya.
Dia membetulkan posisi duduknya. "Apa kamu pernah mendapatkan kiriman Panda super besar ke rumahmu?"
"Hmm... Bagaimana kau tahu? Apa kau yang mengirimkannya?" Tanyaku ragu-ragu.
"Apa kau mau mendengar ceritaku?" Dia bertanya,
"Boleh,"
"Dulu aku murid paling aneh di sekolah ini, memakai kaca mata, kutu buku, bahkan aku tak pernah menyentuh yang namanya sosial media." Aku memandangnya, dia menarik napas sejenak.
"Ke sekolahpun aku selalu diantar jemput tepat waktu, setelah sekolah aku mengikuti bimbingan belajar dan segala macam les yang sudah dijadwalkan orang tuaku. Tapi hari itu, supirku terlambat menjemputku karena mobilnya mogok. Aku lalu duduk sambil membaca buku di dekat lapangan Basket."
Aku sepertinya mulai mengingat sesuatu, tapi entah apa itu. Aku tak bisa mengingatnya dengan jelas.
Rama kembali melanjutkan ceritanya, "Dan bukkk... Kepalaku terkena lemparan bola, seorang gadis cantik menghampiriku. Ia menanyakan keadaanku. Itu pertama kalinya dalam hidupku, dimana aku bisa merasakan jantungku seakan ingin lepas dan lari entah kemana." Aku sedikit terkekeh mendengar kalimatnya itu.
Dia hanya tersenyum, dan tetap melanjutkan ceritanya, "Aku tak pernah perduli dengan hal semacam itu. Sampai dengan bodohnya aku bertanya dengan ayahku, kata ayah mungkin saja yang aku rasa itu cinta."
"Atau mungkin hanya perasaan sekejap saja." Ucapku.
"Mungkin saja. Tapi sejak saat itu, aku mulai lebih terbuka dengan dunia luar. Aku mulai peduli dengannya. Mengirim puisi-puisi aneh yang aku tak tahu ia baca atau tidak, memberikan ia bunga meski tak tahu ia senang atau tidak, mengucapkan selamat ulang tahun meski ia tak menyadarinya, atau bahkan memberikan hadiah kecil yang mungkin tak ia tahu dari siapa. Atau lebih parah semua itu hanya berakhir di tempat sampah."
Sepertinya aku mulai mengerti arah pembicaraan ini, sepertinya aku mulai paham.
"Apa aku juga boleh bercerita?" Aku meminta izin padanya.
"Silakan,"
"Aku bukanlah tipe orang yang mudah memberikan hatiku pada seseorang, aku bahkan mungkin belum pernah memberikannya. Walau kau lihat banyak laki-laki mendekatiku, tak ada satupun yang berhasil. Karena aku tahu mereka tak pernah mencintaiku sepenuhnya." Aku menghentikan ceritaku sejenak sambil membenarkan posisiku, "Biasanya aku selalu memberikan hadiah yang orang berikan padaku untuk teman-temanku, dan saat orang itu mengetahuinya ia akan mundur dan tak lagi mendekatiku. Tapi aku tak tahu, ada satu orang yang mengirimi aku bunga mawar setiap hari bahkan tanpa ada nama atau inisial yang tertera. Tak hanya itu, setiap hari aku bahkan selalu mendapat hadiah-hadiah seperti coklat atau bahkan boneka." Aku menatapnya, "Kau tahu, aku selalu menyukai panda. Tapi hanya orang ini yang memberikannya padaku, semua hal yang ia berikan selalu dengan nuansa panda dan ciri khasnya adalah tanpa nama. Dan selalu datang tepat jam 7 di depan rumahku." Ia menoleh ke arahku, ia menatapku. Keheninganpun terjadi. Aku menatap wajahnya dalam, dan semakin dalam.
"Heeiiiiii... kaliaann." Kami terkejut dan langsung menoleh ke arah suara. Itu Pak Adam.
Rama kembali menarik tanganku, sambil berlari aku tersenyum-senyum sendiri. Sepertinya kini aku mulai membuka hati.

Jumat, 12 Agustus 2016

ANAK KECIL

Aku kenal banyak orang, dan semua yang aku lihat mereka selalu mengeluh karena dianggap anak kecil.

Mungkin berbanding terbalik denganku, aku selalu ingin diperlakukan sebagai anak kecil. Aku ingin dimanjakan dengan kasih sayang, aku ingin terus diingatkan, selalu ingin diperhatikan.

Bagiku tidak ada masa yang lebih menyenangkan selain saat-saat dimana aku jadi anak kesayangan. Aku tak suka dianggap dewasa dan dibiarkan memilih pilihanku sendiri, aku selalu ingin mereka tetap ikut campur dalam hidupku.

Aku masih saja iri saat ayah dan ibuku lebih memperhatikan adikku, egois memang. Aku selalu rindu mendengar teriakkan ibu membangunkanku, atau bahkan saat kasurku basah karena aku tak kunjung bangun dari tidur nyenyakku. Aku rindu, bu.

Saat aku masih sekolah dulu kalian selalu menanyakan kabarku. Apalagi saat aku harus pergi keluar kota berlomba. Tapi sekarang, aku tak pernah lagi mendengar hal seperti itu. Bisa aku hitung dengan jari tangan kananku berapa kali kalian menelfon dalam satu tahun aku disini.

Jauh dari rumah selalu membuatku rindu pulang, rindu kalian. A

Selasa, 09 Agustus 2016

BERPISAH TANPA PERPISAHAN

Disini ku menggenggam, takdir di tanganku...
Aku coba menahan, tak menangisimu...
Di bait pertama, di bait pertama...
Sekuat kaki ini, mencoba berlari...
Tetapi hati ini, menuntunnya kembali...

Lagu Bait Pertama milik Sheila on 7 menemani tangisku malam ini.

Sudah beberapa bulan semenjak hubungan kami berakhir tanpa kata perpisahan. Seingatku, aku ataupun dia tak pernah mengucapkan selamat tinggal. Tapi sekarang aku lihat dia bersama dengan kekasih barunya. Tampak sangat bahagia, sampai dia lupa aku masih jadi kekasihnya.

Tak pernah ada kata putus, tapi perlakuannya seolah aku tak pernah ada, tak pernah hadir sebagai orang spesial dalam hidupnya, atau bahkan seolah aku bukanlah siapa-siapa untuknya. Aku tak bisa mengerti, sepertinya aku tak pernah jadi seseorang yang kamu anggap berarti.

Selama ini sakit dan perih hanya aku simpan sendiri. Aku selalu menanyakan tentangmu, tapi kamu tak pernah peduli dengan perasaan ini.

Aku melihat bagaimana kamu menghancurkan hidupmu, tapi aku tak pernah pergi meninggalkanmu. Entah apa yang membuatku jadi seperti ini, aku bahkan sama sekali tak mengerti.

Melepasmu tak semudah kamu melepaskanku, melupakanmu tak segampang kamu melupakanku. Kamu yang membuat aku jatuh cinta terlalu dalam, sampai-sampai saat kamu pergi bersama yang lain aku masih bisa-bisanya menunggumu dengan bodohnya disini.

Aku mungkin terlalu banyak menuntutmu, mengatur hidupmu. Tapi kamu bahkan tak pernah peduli dengan hidupmu, denganku.

Ingin rasanya aku pergi jauh melupakan sisa-sisa kenangan kita. Kamu yang tak pernah mau mengakui aku, sampai kamu mendua di depanku. Namun, aku tak berdaya. Semakin keras aku berusaha melupakanmu dan semua kenangan kita, semuanya malah tampak lebih jelas dan membuatku terus menerus menitikkan air mata.

Kamu pergi dengan menggantungkan hubungan ini. Tanpa sepatah kata, tanpa ucapan apa-apa. Lalu aku harus bagaimana?

Minggu, 07 Agustus 2016

BERTEMAN DENGAN MASA LALU :)

Aku berjalan menjauh darimu, dan tak lama kulihat kamu berlari mengejarku. Aku tak peduli, aku terus lanjutkan hidupku. Tanpamu.

Melupakanmu memang butuh waktu yang lama, tapi aku yang memutuskan pergi. Jadi tak ada alasan untuk bersedih atas sebuah konsekuensi.

Meskipun kadang air mata juga mengikuti, tapi aku bersyukur kamu tak melihat itu jatuh dari mataku.

Kita telah lama berada di jalan yang salah, dan saat aku menyadarinya mengapa kamu tak juga mengerti? Bahwa kita tak seharusnya bersama lagi.

Aku sudah lupa apa saja yang pernah kamu ceritakan padaku. Setelah pergi darimu, aku mulai menyadari sesuatu. Bertahun-tahun mengenalmu tak ada satupun yang aku tahu tentangmu. Kamu tak pernah jujur denganku, hanya itu yang sekarang aku tahu.

Aku sedikit menengok ke belakang. Aku lihat sepertinya kamu mulai lelah dengan usahamu untuk kembali padaku. Sepertinya saat kamu mengejarku kamu bertemu seseorang yang terlihat menarik bagimu. Atau mungkin sebelum aku pergi, kamu sudah menemukan orang itu. Aku tak tahu.

Kamu tahu betul bahwa aku tak pernah membencimu, walau terkadang tanpa aku sadari aku begitu kecewa dengan perlakuanmu. Kita berpisah bukan karena itu, tapi karena aku yang tak bisa terus bersamamu dalam ikatan yang tidak wajar ini. Dan kamu tahu itu.

Akrab dengan semua orang? Aku rasa kamu begitu tahu tentang sifatku itu. Bahkan aku tetap menyapamu meski tak sehangat dulu. Aku tetap berjalan pada jalanku, bukan lagi pada jalan kita yang sampai saat ini tetap menjadi jalanmu. 

Sesekali aku bertemu dengan orang yang pernah mewarnai masa laluku, tapi bukan berarti aku ingin mengulang masa itu. Aku rasa tak ada yang salah dengan tetap berteman dengan masa lalu. Selama jalanku tetap seperti yang aku yakini, aku tak pernah mempermasalahkan berteman denganmu.

Aku tak akan lagi mengurusi hidupmu. Tapi jika kamu perlu aku sebagai teman, aku akan lakukan itu. Seorang teman akan selalu membantumu. :)

Sabtu, 06 Agustus 2016

APA HANYA AKU?

Bertahun-tahun kita dekat. Sampai aku mulai jatuh cinta, dan kamu yang pertama. 

Kita terus saja seperti ini, berapa banyak perempuan yang sudah aku temui dalam hidupmu. Fans-fans gilamu itu kadang membuatku cemburu. Mereka cantik, dan aku rasa sebagian juga baik.
Kamu ingat surat yang kamu terima dulu? Kamu bilang tak menyukainya, dan aku berusaha menutupi kecemburuanku itu. Beberapa hari kemudian aku dengar kamu sudah pacaran dengannya, hatiku terasa perih.

“Luka, tapi tak berdarah.”

Aku hanya bisa menyemangatimu setiap kau ada masalah. Seberapa hancurpun hatiku, kita tetap teman bukan? Aku selalu berharap kau juga punya perasaan sama.

Saat kamu memintaku untuk mengganti status facebook-ku menjadi pasanganmu, aku begitu senang. Seakan harapanku semakin tinggi tentangmu, tentang kita. Tapi tak lama kau kembali menggantinya tanpa mengucapkan sepatah katapun padaku.

Masih tergambar jelas dipikiranku, seseorang berkata agar aku menjauhimu. Kamu sudah bersama dengan temannya yang juga aku kenal. Dan itu dihari pertama sekolah, dimana harapakanku tentangmu yang begitu tinggi harus aku hancurkan demi seseorang yang baik untukmu itu.

Jujur saja, ingin rasanya aku menangis dan berteriak saat itu juga. Tapi aku tak bisa, karena aku lihat kamu juga bahagia bersamanya.

Ada sesuatu yang tak pernah ku ceritakan padamu, bahwa aku mencintaimu.

Perpisahan sekolah dulu, saat kamu tampil aku diam-diam mengambil fotomu. Aku masih menyimpannya dan kadang memandangnya.

Kita tak sedekat dulu. Tapi aku selalu memperhatikanmu dari jauh. Aku masih tahu bagaimana kabarmu, masih tahu apa saja yang kau lakukan.

Kamu tahu bagaimana hancurnya hatiku saat kamu tak ingin lagi berteman denganku?

Apa hanya aku yang merasakan semua ini?

Kamis, 04 Agustus 2016

ANTARA AKU DAN KAMU

Tatapan matanya terasa lebih hangat dari biasanya. Senyumnya lebih manis dari sebelumnya. Setelah malam itu, hubungan kami terasa lebih hangat, lebih dekat.

Pacaran? Tak terlintas dipikiranku memang. Aku menikmati saat-saat bersamanya, senang berada di dekatnya, bahagia melihat rupanya.

Dari tatapannya aku bisa merasakan cinta, kasih dan sayang. Tapi aku masih belum yakin dengan perasaanku dan juga perasaannya. Apa ini benar-benar cinta atau hanya rasa sekejap karena kesepianku saja.

Kamu tak pernah mengucapkan cinta, akupun begitu. Tak masalah, apa yang kamu dan aku lakukan kurasa lebih bermakna dibandingkan sekedar ucapan-ucapan itu. Aku juga tak yakin kita akan baik-baik saja jika salah satu diantara kita mengucapkan hal itu.

Aku tak bisa berbohong, hatiku menginginkannya lebih dari sekedar teman. Tapi aku masih belum cukup siap membuka hati dan membuka diri untuk menjalin sebuah hubungan. Luka masa lalu dan ketakutan yang masih membayangi membuatku tak bisa menuruti hati kali ini.

Mungkin saat ini, bersahabat denganmu adalah pilihan terbaik yang bisa ku pilih.

Selasa, 02 Agustus 2016

KAMU DAN RASA YANG TAK AKU MENGERTI

Hari ini terasa berbeda dari hari-hari sebelumnya. Reuni bersama teman-teman SMP dulu, masih sehangat 7 tahun yang lalu. Bedanya ada perasaan lain saat sekian lama aku dan kamu tak berjumpa.

Entahlah, aku juga tak paham apa yang terjadi dengan perasaanku ini. Aku tak tahu apakah kamu juga merasakan hal yang sama?

Kamu tahu? Ada yang aneh dengan hatiku ketika teman-teman kita membicarakan tentang mantan-mantanmu, walau aku juga ikut tertawa dan mengolokmu tahukah itu hanya untuk menutupi rasaku.

Apa kamu tahu, ketika teman-teman menanyakan hubunganmu dengan pacar barumu itu aku semerasa semakin aneh. Terasa seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa tentangmu. Sebelumnya aku hanya menganggapmu sebagai sahabatku, sahabat yang selalu menanyakan bagaimana kabarku.

Aku hanya bisa diam sambil menatap hp dan berusaha mengalihkan fokus pikiranku darimu. Saat teman-teman mulai menggodaku, mengatakan bahwa aku diam karena cemburu, aku hanya bisa menolak dan tetap menatap hpku.

Kita tak sedekat dulu, tapi aku tak mengerti kenapa hatiku terasa aneh saat melihatmu.

Apa mungkin mereka benar?

Bahwa laki-laki dan perempuan tidak pernah bisa benar-benar bersahabat tanpa ada perasaan lebih, entah dari salah satu atau keduanya. 

Kamu tahu? Saat kita dekat dulu, aku tak pernah menganggapmu lebih dari seorang teman yang begitu aneh. Kamu berbeda dari yang lain, sikapmu yang pendiam dan lawakanmu yang tidak begitu menyenangkan itu yang membuat kita dekat.

Dan kamu tahu? Ini pertama kalinya aku menganggapmu sebagai seorang pria. :)

Senin, 18 April 2016

APA KABAR MAHASISWA KEKINIAN?



Kekinian, kata yang bisa dibilang sangat popular saat ini. Bagaimana dengan “Mahasiswa Kekinian”? Apa yang terlintas dibenak kalian saat mendengar kalimat tersebut?


                Mengutip pendapat dari seseorang yang sebenarnya gak gue kenal dia itu siapa, tinggalnya dimana, tanggal lahirnya berapa, kerjanya apa, jomblo atau taken, dan seluk beluknya seperti apa, tapi sebut saja dia Romeo. Menurut dia, Mahasiswa Kekinian itu adalah mahasiswa yang selalu mengikuti zaman, selalu update tentang hal-hal baru, mengikuti perkembangan fashion.


                Gue sebenarnya setuju dengan pendapat ini, tapi tulisan kali ini akan lebih mengedepankan opini yang sedang berkecamuk di otak gue. Gue mau menyoroti posisi mahasiswa sekarang dibandingkan dengan pergerakan mahasiswa zaman dulu.


                Mungkin ada yang ingat bagaimana hebatnya pergerakan mahasiswa dulu untuk merebut kemerdekaan melalui karya jurnalistik, atau pergerakan mahasiswa saat meruntuhkan kabinet  Soeharto. Itulah sedikit gambaran tentang bagaimana peran mahasiswa dulu.


                Sekarang ini mahasiswa seakan acuh terhadap masalah yang terjadi, banyak sekali mahasiswa yang tutup mata dengan ketidakadilan yang terjadi bahkan dihadapan mata mereka. Mungkin masih banyak yang menyuarakan ketidakadilan itu lewat media sosial, tapi bukankah satu tidakan lebih baik dari seribu kata?


                Tak ada yang salah dengan itu, tapi apa dengan menulis status menghujat dan menghina bisa memperbaiki sesuatu? Apa dengan status-status tak bermakna itu bisa membawa satu perubahan? Bahkan media sosial yang kalian gunakan tidak memiliki akses untuk bisa dilihat oleh pihak bersangkutan, apa itu yang dinamakan perjuangan? Apa itu yang dinamakan suara atas ketidakadilan?


                Menulis memang dianjurkan, tapi kalau hanya berisi hujatan atau opini sesaat yang akan hilang jika permasalahan terselesaikan walau nyatanya masalah itu bisa kembali lagi lebih baik membantu memikirkan apa solusi yang bisa dilakukan.


                Di era globalisasi sekarang ini tak dapat dipungkiri media sosial memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Kalian pasti tahu paling tidak satu akun media sosial yang mengatasnamakan mahasiswa. Contoh saja di media sosial instagram, banyak sekali akun-akun tentang mahasiswa. Tapi gue yakin kalian tahu pasti apa yang sering mereka repost di akun-akun tersebut.


                Memang benar kegiatan mahasiswa, tapi kegiatan semacam selfie atau sejenisnya itulah yang lebih banyak di-repost. Followers akun-akun tersebut juga terbilang banyak. Meskipun sesekali memposting kegiatan mahasiswa yang memang seharusnya dikedepankan, tapi lebih dominan menyoroti mahasiswa yang mereka anggap ganteng atau cantik.


                Salah satu post yang sangat popular dikalangan mahasiswa terutama saat ini adalah meme, sangat memprihatinkan memang (jika kalian memikirkan kembali apa seharusnya yang mereka dominankan dalam akun tersebut). Tapi ini juga bukan sepenuhnya salah para admin akun tersebut, mungkin mereka hanya mengikuti arus. Menyesuaikan diri dengan kehendak pasar, kehendak para followers mereka.


                Disisi lain, sekarang ini mana ada mahasiswa yang mau berunjuk rasa turun kejalan, memang sebenarnya masih ada. Tapi apakah masih bisa sehebat dan sebanyak mahasiswa dulu? Ah, banyak yang saat diberikan sedikit perlawan dari aparat saja nyalinya langsung ciut. Unjuk rasa berikutnya mana mau dia ikut lagi. Hanya segelintir mahasiswa yang peduli dengan ketidakadilan.


                Mereka menolak diam, menolak tutup mata. Mereka yang seperti ini harusnya didukung, asal yang mereka lakukan masih sesuai dengan Pancasila. Kita ini hidup di negara yang memiliki Pancasila sebagai pedoman hidup. Saat apa yang dilakukan para petinggi negara tidak sesuai dengan Pancasila, harusnya kita sebagai mahasiswa menyuarakannya, menuntut pengembalian Pancasila menjadi dasar bernegara, bukan kekuasaan dan jabatan yang menjadi dasar berjalannya negara. Yang kalau pemimpinnya berganti, semua tatanan negara juga harus berganti. Yang semua orang tunduk pada apa yang dilakukan pemerintah meski tak sesuai Pancasila. 


                Ada juga mereka yang bekerja sebagai wartawan kampus, tapi apa yang mereka tulis jauh sekali dengan apa itu persma (pers mahasiswa). Jarang sekali ada yang mengkritisi birokrasi dan permasalahan kampus, apalagi mengkritisi permasalahan negara.


                Mereka kini lebih suka menyoroti kehidupan mahasiswa, kehidupan yang jauh dari realita birokrasi. Headline yang gue rasa gak seharusnya menjadi sorotan utama mereka. Mereka seakan tak berani menyuarakan bagaimana permasalahan birokrasi yang selama ini terjadi. 


                Ketakutan dan tekanan mungkin saja terjadi. Tapi selama kita menyuarakan kebenaran apa yang harus ditakutkan?


                Warga negara yang baik bukan yang tidak pernah melanggar hukum, tapi warga negara yang baik adalah mereka yang mengembangkan ilmu pengetahuannya dan memberikan kontribusi terhadap berjalannya negara yang sesuai dengan dasarnya. 


                Dalam penulisan opini ini gue rasa banyak sekali kekurangnya. Kalau gue boleh mengenalkan diri (pasti boleh dong ya, orang ini blog gue *hehe), gue ini seorang mahasiswa semester 2 disebuah perguruan tinggi negeri yang paling terkenal ditempat gue *halah. Gue menulis opini ini karena gue gak mau jadi gila karena pendapat ini membusuk di otak gue.


                Mungkin buat kalian yang sudah baca tulisan gue sebelumnya, kalian pasti tahu kalau gue ini introvert. Gue lebih suka menyuarakan apa yang gue rasakan lewat tulisan.


NOTE : INI CUMA PENDAPAT GUE YANG GUE TULIS BERDASARKAN FAKTA-FAKTA YANG SAAT INI TERJADI.


Terima kasih  sudah mau membaca. Mohon komen kalau menurut kalian saya salah. Mari berdiskusi kakak ^^

Rabu, 23 Maret 2016

CERITAKU KINI TENTANGMU, IBU

Malam ini bulan seperti tak ingin menampakkan wajahnya, bintang yang tadinya bersinar tak terlalu terang tertutup awan yang terbawa angin dari barat daya. 

Listrik mati di pulau penuh energi seperti sudah menjadi pengantar malam setiap latihan di lapangan ini. Aku berbaring menatap langit berawan. Termenung mendengarkan apa yang dikatakan pelatihku.
Cerita yang sebelumnya selalu aku gembar-gemborkan pada dunia tentang diriku, tentang keluargaku. Ya, cerita tentang ibu.

Pikiranku terbang, melayang membayangkan apa yang aku lakukan sampai saat ini. Aku selalu menyalahkan keadaan. Tanpa aku peduli apa yang dulu dan nanti terjadi.

Sudah lebih dari 7 bulan aku jauh dari rumah, menjalani proses mewujudkan mimpi yang tanpa aku sadari aku sendiri yang merangkainya. Emosi dan keegoisan membutakan mata hati, membuatku selalu percaya ini bukan mauku, bukan keinginan dan jalan yang aku pilih.

Teringat lagi sebulan yang lalu, terakhir kali aku pulang ke rumah. Aku selalu mencari barang favoritku, laptop. Tak sengaja aku temukan sebuah buku yang akupun tak mengerti apa maksudnya. "99 Cara Mengerti Anak", judul yang sudah sedikit aku lupa. Entah ini yang membuat ibuku sedikit lebih lembut atau entahlah.

Bertemu dengan ibu, sesuatu yang selalu membuat aku canggung dan merasa aneh. Kini saat bertemu atau saat di rumah jarang sekali aku dengar ibu meninggikan suaranya seperti dulu, bahkan aku tak pernah lagi mendengarnya menegurku ketika menghabiskan makanan yang ia bawa.

Aku mulai tersadar dari lamunanku, tak terasa mataku mulai berkaca, air mata tak dapat lagi kutahan. Untung lampu masih belum menyala, jadi aku tak perlu malu untuk menyeka airmata. Kuambil hp dari dalam tas, kembali lagi aku rebahkan diri di lapangan ini.

Mencoba menghilangkan sejenak fokus pada pembicaraan coach-ku, ku mainkan game favoritku. Ah, masih tak bisa. Hatiku masih terasa ngilu, ku buka aplikasi favoritku selanjutnya, piano. Mulai ku memainkan jemari, menekan not nada secara acak. Entah sadar atau tidak, aku mulai memainkan lagu bunda.

Air mata kembali menetes, mengalir dari sisi mataku. Ku resapi setiap dentuman nada yang ku mainkan sendiri. Meresapi setiap cerita tentang ibu.

Kembali aku merenung, oh Tuhan apa yang sudah aku kira tentang ibuku? Bagaimana bisa aku tak bisa mengertinya, mengerti dia yang walau dengan kerasnya berusaha mengerti aku? Maafkan aku yang tak pernah bersyukur memiliki ibu sepertimu bu.

Kini aku tahu betapa berharganya kehadiranmu, betapa pentingnya dirimu dalam kehidupanku. Aku akan belajar mendekatkan diriku denganmu, menghancurkan egoisku yang selama ini membutakan hati dan pikiranku. Oh ibu, tidak ada seorangpun yang dapat menggantikan hadirmu.

Entah bagaimana aku harus mengungkapkan rasaku untukmu bu, mungkin jika ada kalimat yang lebih bermakna daripada sekedar AKU SANGAT MENCINTAIMU, itulah yang bisa menggambarkan perasaanku, IBU.

Dari anak perempuanmu yang kini berusia 18 tahun.~

Sabtu, 16 Januari 2016

I'M AN INTROVERT

PROUD TO BE AN INTROVERT

Introvert… Mungkin sudah sering terdengar ditelinga kalian. Menjadi bagian dari kaum yang mungkin hanya ada sekitar 25% dari total penduduk bumi menjadikanku seperti orang aneh dan berbeda dari manusia kebanyakan. Ya, tapi itulah yang membuat kami istimewa.

Menjadi seorang introvert memang menyenangkan, tapi tidak selamanya begitu. Kesendirian, hal yang bagiku sangat menyenangkan. Bagiku berada dalam keramaian itu terlalu menguras energi, bahkan kadang dalam keramaian aku masih merasa kesepian. Seperti sebuah quote dari satu film yang sebenarnya belum aku tonton, “Kesepian itu terjadi bukan ketika kita sendiri, namun kesepian itu terjadi ketika kita diantara banyak orang namun tidak ada yang mengerti”. Begitulah singkatnya.

Bagiku, berada ditengah keramaian bukan hanya menguras energi tapi juga membuatku merasa tidak nyaman. Terlihat seperti pemalu memang, tapi tanya saja dengan mereka yang mengenalku aku bukan seorang pemalu. Hanya tidak pernah nyaman, seperti ada sesuatu yang aneh dan mengganggu pikiranku. Apalagi saat perhatian tertuju padaku, dalam benakku selalu muncul pertanyaan “apakah ada yang salah dengan diriku?”. Terkesan aneh, tapi itulah kenyataannya.

Pemikiranku yang terlalu logis dan realistik mungkin membuat banyak orang kadang bertanya-tanya, apa mungkin aku tak punya perasaan atau apa. Aku memang tak ingin memberikan tanggapan seperti yang mungkin ada dipikiran orang kebanyakan. Melihat sesuatu dari sudut pandang berbeda, itulah yang aku lakukan. Aku terlalu menyukai klausa sebab-akibat, intinya sesuatu terjadi pasti ada penyebabnya jadi tak usah terlalu diributkan.

Teman akrab? Hmm… Aku tak punya banyak. Aku tak suka membicarakan orang lain dalam konteks kekurangannya. Dan aku tak begitu menyukai orang yang melakukannya. “Before judge someone or something, please look at yourself first.” Sebuah prinsip yang selalu aku pegang, karena aku sadar di dunia ini semua itu jauh dari kata sempurna. Aku adalah orang yang tak pernah bisa menceritakan tentang diriku kepada orang lain, tapi saat aku sudah merasa dekat dengan seseorang dan mempercayainya, rahasia terbesarku pun bisa saja aku ceritakan.

Aku juga tak menyukai pertentangan, itu yang membuat aku tak ingin terlalu dekat dengan sekelompok orang. Saat aku merasa mulai terlalu dekat dengan kelompok itu, satu hal yang aku lakukan adalah mulai menjauh. Apalagi saat mereka sudah mulai saling menjelekkan. Bukan tak ingin lagi berteman, hanya saja aku tak ingin berada dalam pihak manapun. Aku ingin berteman dengan semua orang, jadi jangan kalian tanyakan apapun denganku tentang sebuah pertemanan.

Tapi soal kesetiaan, tak perlu kalian ragukan. Aku memang tidak mempunyai banyak sahabat, tapi saat aku memilikinya aku tak pernah menyiakannya. Karena sangat sulit bagiku untuk menemukan seseorang yang dapat mengerti dan memahamiku. Apalagi dengan apa yang terjadi dikehidupanku, dan apa yang pernah terjadi di masa laluku.

Kadang aku memang terlihat seperti seorang yang banyak bicara,  tipe orang yang mudah bergaul, dan punya kepercayaan diri yang tinggi. Tapi kenyataan mengatakan sebaliknya, banyak bicara membuatku lelah. Itu sebabnya aku sering tiba-tiba berdiam diri sesudah banyak bicara. Mudah bergaul, tidak sepernuhnya benar dan tidak juga sepenuhnya salah. Aku hanya ingin berteman dengan semua orang, tapi tidak untuk dekat dengan semuanya. Soal kepercayaan diri, itu tergantung situasi.

Aku lebih menyukai bermain dengan dunia dalam pikiranku sendiri dibanding dengan dunia nyata. Aku bisa mengexplorasi alam pikiranku, membuat dunia berdasarkan imajinasi dan keinginanku sendiri. Itu sangat menyenangkan bagiku.

Begitu sulit mengucapkan sesuatu, menceritakannya lewat lisan. Itu sebabnya aku lebih suka menulis, karena tak semua yang aku ingin bagikan bisa aku ucapkan. Tapi kadang tersiksa juga, saat banyak yang ingin aku bagikan tapi dunia pikiranku terlalu banyak menampung ide tentang apa yang harus aku bagikan.

Satu quote lagi yang aku ingin bagikan, “Kegagalan berawal dari sebuah keegoisan.” Maaf jika tulisan saya mengganggu anda, hanya ingin membagikan sedikit tentang saya. Tak perlu anda percaya, yang penting anda baca :)