Saat jam pelajaran berlangsung, seperti biasa aku berada di atap, menatap kosong ke arah siswa yang sedang olahraga. Aku ini anak dari pemilik sekolah ini, anak yang menjadi ketidakdewasaan orang tuanya, anak yang dianggap gila dan bodoh. Selain tidur di kelas, membolos juga merupakan bentuk dari kesepianku.
Seseorang mengejutkanku....
"Hei..." Aku langsung berbalik, ternyata beliau adalah wali kelasku, seorang guru matematika yang juga sangat mengenalku dan ayahku.
"Sepertinya ada yang mengganggu pikiranmu pak?" Aku langsung bisa menebak, kami cukup akrab tentunya.
"Kamu sendiri?" Beliau balik bertanya.
"Haruskah kita saling bercerita?" Tanyaku.
"Haruskah? Baiklah, aku dulu." Sambil menarik nafas.
"Tanganku ini sangat kotor, ada seseorang disampingku yang terjatuh dengan tangan bersih. Tapi apa aku punya hak untuk memegang tangan mereka dan membantu mereka berdiri?"
(Sambil menepuk-nepukkan tangan) "Memangnya harus ada hak untuk membantu seseorang? Jika tanganmu kotor, kamu masih bisa memegang tangannya lalu kalian bisa mencucinya bersama bukan?" Entah apa yang aku pikirkan tapi itu keluar begitu saja dari mulutku.
"Hei..." Aku langsung berbalik, ternyata beliau adalah wali kelasku, seorang guru matematika yang juga sangat mengenalku dan ayahku.
"Sepertinya ada yang mengganggu pikiranmu pak?" Aku langsung bisa menebak, kami cukup akrab tentunya.
"Kamu sendiri?" Beliau balik bertanya.
"Haruskah kita saling bercerita?" Tanyaku.
"Haruskah? Baiklah, aku dulu." Sambil menarik nafas.
"Tanganku ini sangat kotor, ada seseorang disampingku yang terjatuh dengan tangan bersih. Tapi apa aku punya hak untuk memegang tangan mereka dan membantu mereka berdiri?"
(Sambil menepuk-nepukkan tangan) "Memangnya harus ada hak untuk membantu seseorang? Jika tanganmu kotor, kamu masih bisa memegang tangannya lalu kalian bisa mencucinya bersama bukan?" Entah apa yang aku pikirkan tapi itu keluar begitu saja dari mulutku.
Who are you? School : 2015.~
0 komentar:
Posting Komentar