Kekinian, kata yang bisa dibilang
sangat popular saat ini. Bagaimana dengan “Mahasiswa
Kekinian”? Apa yang terlintas dibenak kalian saat mendengar kalimat
tersebut?
Mengutip
pendapat dari seseorang yang sebenarnya gak gue kenal dia itu siapa, tinggalnya
dimana, tanggal lahirnya berapa, kerjanya apa, jomblo atau taken, dan seluk beluknya seperti apa, tapi sebut saja dia Romeo.
Menurut dia, Mahasiswa Kekinian itu adalah mahasiswa yang selalu mengikuti
zaman, selalu update tentang hal-hal
baru, mengikuti perkembangan fashion.
Gue
sebenarnya setuju dengan pendapat ini, tapi tulisan kali ini akan lebih
mengedepankan opini yang sedang berkecamuk di otak gue. Gue mau menyoroti
posisi mahasiswa sekarang dibandingkan dengan pergerakan mahasiswa zaman dulu.
Mungkin
ada yang ingat bagaimana hebatnya pergerakan mahasiswa dulu untuk merebut
kemerdekaan melalui karya jurnalistik, atau pergerakan mahasiswa saat
meruntuhkan kabinet Soeharto. Itulah
sedikit gambaran tentang bagaimana peran mahasiswa dulu.
Sekarang
ini mahasiswa seakan acuh terhadap masalah yang terjadi, banyak sekali
mahasiswa yang tutup mata dengan ketidakadilan yang terjadi bahkan dihadapan
mata mereka. Mungkin masih banyak yang menyuarakan ketidakadilan itu lewat
media sosial, tapi bukankah satu tidakan
lebih baik dari seribu kata?
Tak
ada yang salah dengan itu, tapi apa dengan menulis status menghujat dan
menghina bisa memperbaiki sesuatu? Apa dengan status-status tak bermakna itu
bisa membawa satu perubahan? Bahkan media sosial yang kalian gunakan tidak
memiliki akses untuk bisa dilihat oleh pihak bersangkutan, apa itu yang
dinamakan perjuangan? Apa itu yang dinamakan suara atas ketidakadilan?
Menulis
memang dianjurkan, tapi kalau hanya berisi hujatan atau opini sesaat yang akan
hilang jika permasalahan terselesaikan walau nyatanya masalah itu bisa kembali
lagi lebih baik membantu memikirkan apa solusi yang bisa dilakukan.
Di
era globalisasi sekarang ini tak dapat dipungkiri media sosial memegang peranan
penting dalam kehidupan masyarakat. Kalian pasti tahu paling tidak satu akun
media sosial yang mengatasnamakan mahasiswa. Contoh saja di media sosial
instagram, banyak sekali akun-akun tentang mahasiswa. Tapi gue yakin kalian
tahu pasti apa yang sering mereka repost di akun-akun tersebut.
Memang
benar kegiatan mahasiswa, tapi kegiatan semacam selfie atau sejenisnya itulah yang lebih banyak di-repost. Followers akun-akun tersebut
juga terbilang banyak. Meskipun sesekali memposting kegiatan mahasiswa yang
memang seharusnya dikedepankan, tapi lebih dominan menyoroti mahasiswa yang
mereka anggap ganteng atau cantik.
Salah
satu post yang sangat popular
dikalangan mahasiswa terutama saat ini adalah meme, sangat memprihatinkan memang (jika kalian memikirkan kembali
apa seharusnya yang mereka dominankan dalam akun tersebut). Tapi ini juga bukan
sepenuhnya salah para admin akun tersebut, mungkin mereka hanya mengikuti arus.
Menyesuaikan diri dengan kehendak pasar, kehendak para followers mereka.
Disisi
lain, sekarang ini mana ada mahasiswa yang mau berunjuk rasa turun kejalan,
memang sebenarnya masih ada. Tapi apakah masih bisa sehebat dan sebanyak
mahasiswa dulu? Ah, banyak yang saat diberikan sedikit perlawan dari aparat
saja nyalinya langsung ciut. Unjuk rasa berikutnya mana mau dia ikut lagi.
Hanya segelintir mahasiswa yang peduli dengan ketidakadilan.
Mereka
menolak diam, menolak tutup mata. Mereka yang seperti ini harusnya didukung,
asal yang mereka lakukan masih sesuai dengan Pancasila. Kita ini hidup di
negara yang memiliki Pancasila sebagai pedoman hidup. Saat apa yang dilakukan
para petinggi negara tidak sesuai dengan Pancasila, harusnya kita sebagai
mahasiswa menyuarakannya, menuntut pengembalian Pancasila menjadi dasar
bernegara, bukan kekuasaan dan jabatan yang menjadi dasar berjalannya negara.
Yang kalau pemimpinnya berganti, semua tatanan negara juga harus berganti. Yang
semua orang tunduk pada apa yang dilakukan pemerintah meski tak sesuai
Pancasila.
Ada
juga mereka yang bekerja sebagai wartawan kampus, tapi apa yang mereka tulis
jauh sekali dengan apa itu persma (pers mahasiswa). Jarang sekali ada yang
mengkritisi birokrasi dan permasalahan kampus, apalagi mengkritisi permasalahan
negara.
Mereka
kini lebih suka menyoroti kehidupan mahasiswa, kehidupan yang jauh dari realita
birokrasi. Headline yang gue rasa gak
seharusnya menjadi sorotan utama mereka. Mereka seakan tak berani menyuarakan
bagaimana permasalahan birokrasi yang selama ini terjadi.
Ketakutan
dan tekanan mungkin saja terjadi. Tapi selama kita menyuarakan kebenaran apa
yang harus ditakutkan?
Warga
negara yang baik bukan yang tidak pernah melanggar hukum, tapi warga negara
yang baik adalah mereka yang mengembangkan ilmu pengetahuannya dan memberikan
kontribusi terhadap berjalannya negara yang sesuai dengan dasarnya.
Dalam
penulisan opini ini gue rasa banyak sekali kekurangnya. Kalau gue boleh
mengenalkan diri (pasti boleh dong ya, orang ini blog gue *hehe), gue ini
seorang mahasiswa semester 2 disebuah perguruan tinggi negeri yang paling
terkenal ditempat gue *halah. Gue menulis opini ini karena gue gak mau jadi
gila karena pendapat ini membusuk di otak gue.
Mungkin
buat kalian yang sudah baca tulisan gue sebelumnya, kalian pasti tahu kalau gue
ini introvert. Gue lebih suka menyuarakan apa yang gue rasakan lewat tulisan.
NOTE : INI CUMA PENDAPAT GUE YANG GUE TULIS
BERDASARKAN FAKTA-FAKTA YANG SAAT INI TERJADI.
Terima kasih
sudah mau membaca. Mohon komen kalau menurut kalian saya salah.
Mari berdiskusi kakak ^^